Sudah hampir 4 bulan setengah berlalu setelah pertemuan Arin, Githa dan Kai dengan Oma Nadira. Dan dalam jangka waktu tersebut, Arin bersama Githa dan Kai berjanji untuk merahasiakan soal apa yang mereka dengar dari Oma Nadira.
Tanpa terasa, kira-kira satu minggu lagi, angkatan Arin akan menggelar acara wisuda untuk merayakan kelulusan mereka. Itu juga berarti Arin akan segera pergi meninggalkan negara kelahirannya.
Maka sebelum ia pergi, Arin putuskan untuk menemui Nadira dan meluruskan sesuatu. Kabarnya gadis itu sedang berada di kampus untuk mengurus beberapa keperluan.
Sebelum sampai di gedung fakultas Nadira, Arin sudah lebih dulu menemukan keberadaan sosok gadis itu. Berjalan menghampirinya, Nadira ternyata juga menyadari kedatangan Arin. Seulas senyum terukir di wajah Nadira. Bukan senyum senang yang gadis itu layangkan, melainkan senyuman sarkas.
Nadira yang memang sedang sendirian membuat Arin enggan berbasa-basi. Kebetulan tempat mereka berada sekarang juga sedang sepi.
"Ada apa nih, gue sampe didatengin begini?" Nadira bertanya meremehkan. Jangan lupakan jika dia berdiri dalam posisi tangan yang dilipat di depan dada.
"Gue mau lo buat jujur ke Sean." Titah Arin begitu tegas.
Mendengarnya, Nadira tertawa mengejek. "Maksud lo tuh gimana, ya? Gue sih selalu ngomong jujur ke Sean."
Arin berdecih pelan dengan tatapan muak. Sebisa mungkin gadis itu bersikap tenang agar tidak terjadi keributan yang nantinya dapat menarik perhatian.
Sebelum kembali bicara, Arin lebih dulu memejamkan mata seraya menarik nafas dalam agar hatinya bisa jauh lebih tenang untuk menghadapi perempuan ini. "Kalo emang lo peduli sama Sean. Lo pasti gak akan nutupin hal ini dari dia."
"Hal apa maksud lo? Gue gak ngerti." Alis Nadira menukik. Nada bicaranya pun agak meninggi.
"Ini tentang hubungan lo sama Sean." Terangnya memberi sedikit jeda. "...dan lo udah bohongin dia dari awal sampe sekarang."
"Bohongin apa sih? Gue gak pernah bohong sama dia, kecuali tentang semua hal yang gue lakuin buat ngejauhin lo dari Sean!"
Arin betul-betul tidak ingin mengatakan ini. Tapi dia rasa, Nadira memang belum tahu bahwa Arin sudah mengetahui rahasia terbesar gadis itu.
"Iya. Emang semua hal yang lo lakuin buat ngejauhin gue dari Sean pasti selalu lo tutupin dengan wajah manis lo. Biar dia tetep deket sama lo. Tapi gue gak nyangka—lo sampe setega ini cuma buat dapet perhatian dari Sean."
"Lo ngomong terus terang aja! Maksud lo apa sebenernya?!"
Arin sempat terdiam dengan perasaan yang tidak dapat dijelaskan. Lewat satu helaan nafas berat, ia menuturkan kalimat singkat beribu makna. "You're Sean cousin!"
Arin, Kai dan Githa masih setia menunggu jawaban dari Oma. Bila dilihat dari raut wajah, sepertinya jawaban yang akan mereka dengar tidak mengarah ke sesuatu yang baik.
"Saya bukan Omanya Nadira."
Semua orang terkesiap. Mereka kira, hanya satu fakta saja yang bisa membuat mereka menganggap bahwa semua ini tidak masuk akal. Tetapi, selang beberapa menit setelah pengakuan dari Oma, wanita lansia tersebut kembali menambahkan.
"Dan—Nadira itu sepupunya Nak Sean."
Singkat cerita, semuanya adalah kebohongan belaka. Dan Tante Dewi merupakan akal di balik sandiwara ini. Semua bermula ketika Tante Dewi jatuh cinta pada Ayah Sean. Keluarga mereka memang cukup dekat. Dan kabarnya saat itu, Ayah Sean memang sudah berencana untuk menikah. Tante Dewi berpikir karena kedekatannya dengan Ayah Sean sudah pada tahap sangat dekat, maka ia pikir Ayah Sean juga jatuh hati padanya. Sayang, cinta ibu kandung Nadira itu ternyata bertepuk sebelah tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choir [HUNRENE]
Teen Fiction[ON GOING] Muhammad Sean Fakhri, seorang lelaki dingin dan terkesan tak acuh yang berhasil membuat Arindita Rachel Kirana jatuh cinta untuk pertama kalinya. Namun karena sifat Sean, terkadang Arin berputus asa dan berfikir untuk menyerah saja. Ditam...