|♪| 𝐇𝐚𝐫𝐢 𝐏𝐞𝐫𝐥𝐨𝐦𝐛𝐚𝐚𝐧

642 95 93
                                    

Sekitar pukul setengah 8 malam, tugas kelompok yang dikerjakan di rumah Sean akhirnya selesai. Teman-teman Sean pun sudah berpamitan serta mengucapkan terima kasih pada Bunda.

Kini para anak muda itu tengah berada di pekarangan rumah Sean. Dimana Bima, Sean dan Damar mengambil kendaraan masing-masing untuk mengantar para gadis kembali ke rumah mereka. Kalau Joy sudah jelas pasti Bima yang akan mengantarnya kembali. Permasalahannya adalah, rumah Bima dan Joy berlawanan arah dengan rumah Arin. Dan Joy yakin, Arin pasti akan menolak tawaran untuk pulang bersama kali ini. Terlebih rumah Bima bisa dikatakan cukup jauh.

Jadi pilihannya antara Sean atau Damar yang akan mengantarnya. Kalau Sean yang mengantar, Joy tidak akan pernah mengizinkan. Lebih baik dirinya yang menemani Arin pulang daripada sahabatnya harus bersama lelaki kutub itu. Lagipun Joy yakin Sean akan lebih memilih untuk mengantar Sasha. Meski Sasha sempat mengatakan bahwa ia akan pulang sendiri, tetapi pada akhirnya pasti gadis itu akan diantar Sean.

Pilihan paling aman adalah meminta Damar untuk mengantar Arin.

"Rin, lo balik sama gue ya." Itu bukan pertanyaan, melainkan sebuah pernyataan yang Damar lontarkan tepat setelah semua berkumpul kembali di pekarangan rumah Sean.

Joy lantas menganggukan kepalanya semangat. "Iya Rin! Karena gue tau lo pasti gak bakal mau kalo gue ajak, nah lo pulang sama Damar aja ya! Oke? Dilarang protes!"

Arin menggelengkan kepalanya. Joy itu bertanya atau mengeluarkan perintah sih? Mana ada pertanyaan seperti itu?

"Yaudah iya,"

Mendengar balasan Arin yang tidak menunjukkan penolakan, raut wajah seorang laki-laki di atas motor gedenya berubah masam.

"Eum... Sen," Sean yang merasa namanya terpanggil lantas menoleh ke arah kirinya. "Kenapa Sha?" Tanya Sean menanggapi Sasha yang memanggilnya.

"Kayaknya temen gue gak bisa jemput. Gue bareng lo boleh gak?" Sasha sedikit ragu untuk bertanya kalau boleh jujur. Karena raut wajah Sean benar-benar tidak bersahabat detik ini.

Sean terdiam beberapa saat. Kepalanya kemudian mengangguki pertanyaan Sasha tadi. Tanda bahwa ia membolehkan dan bersedia mengantar teman satu kelompoknya itu.

"Lo gimana Sha?" Meski Joy tidak begitu suka pada Sasha, namun gadis bertubuh tinggi itu masih punya rasa kepedulian pada sesama manusia.

Sasha lantas menjawab, "Gue bareng Sean, Joy." Senyumnya sedikit mengembang untuk membalas Joy yang hanya mengangguk sekilas atas jawabannya.

"Joy ayo! Kamu teh gak mau pulang?"

Seruan Bima dari dalam mobil membuat Joy menghampiri Arin yang sudah bersiap akan naik ke atas motor Damar kemudian memeluknya.

"Bawanya hati-hati lo! Sampe sahabat gue kenapa-napa, besok motor lo gue jual!"

Damar yang sudah terbiasa mendengar celotehan sahabat Arin satu ini hanya bisa memutar bola matanya malas. "Heh! Gue juga gak bakalan bikin Arin kenapa-napa kali. Bisa abis diamuk keluarga Arin gue. Lo bertiga aja udah serem njir."

Joy tertawa puas. "Hahaha! Yaudah duluan ya!" Kemudian gadis itu menjauh dari posisi Arin, namun kembali berujar, "Hati-hati Sha, Sen. Gue duluan, btw makasi Sen," kendati senyum yang Joy kembangkan terkesan dipaksa, namun sebenarnya gadis itu masih peduli juga pada dua temannya.

Setelah itu masing-masing kendaraan meninggalkan pekarangan rumah Sean tentu ke arah yang berbeda. Namun ketika motor Sean hendak berbelok berlainan arah dengan mobil Bima dan motor Damar, pria itu menangkap ekspresi wajah Arin yang bahagia ketika Damar menolehkan sebagian wajahnya yang tertutup helm full face ke belakang.

Choir [HUNRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang