|♪| 𝐅𝐢𝐱𝐞𝐝

487 83 35
                                    

Pintu rumah Sean terbuka lebar seiring dengan masuknya seorang pria yang tampak basah kuyup bersama sebuah helm di tangan kanannya. Sosok lainnya yang tengah duduk bersantai di ruang tamu rumah tersebut lantas menarik diri untuk bangkit dan memeriksa kondisi sang sepupu.

"Heh?! Lo dari mana anjir?"

Pertanyaan itu keluar dari mulut Kai setelah memperhatikan penampilan Sean dari ujung kepala sampai ujung kaki. Basah total. Dan sangat kacau. Bahkan raut wajahnya pun terlihat muram dan sendu.

Kai masih mengekori pergerakan Sean sampai dirinya kini berada di depan kamar sang sepupu. Memperhatikan langkahnya yang gontai sembari tangannya mendorong pintu kamar untuk masuk ke sana. Setelah pintu tertutup, Kai memutuskan untuk turun ke bawah dan pergi ke dapur dengan tujuan, membuatkan Sean sesuatu untuk dimakan sebelum meminum obat. Kebetulan Bunda Sean memang sedang beristirahat di kamarnya. Jadi Kai berinisiatif setelah melihat kondisi Sean sekilas.

"Itu dimakan jangan lupa. Gue cuma manasin masakan Bunda, jadi gak mungkin gak enak." Kai berujar setelah masuk dengan membawa nampan berisikan makanan, minuman serta obat yang biasa Sean konsumsi saat sedang kurang enak badan.

"Hmm," Sean bergumam serak dari tempat tidurnya. Ia juga meletakkan sebelah lengannya menutupi mata ketika mendengar ucapan Kai.

Dari yang Kai lihat, sepertinya Sean baru saja menerobos hujan. Sudah pasti pria itu akan jatuh sakit. Meskipun tidak parah, namun Kai yakin paling tidak Sean akan demam. Maka dari itu ia membawakan obat untuknya.

Penyebab Sean kehujanan, belum bisa Kai ketahui. Tapi ia punya firasat, jika hal ini berhubungan dengan Arin. Terlihat dari raut wajahnya bak orang galau.

"Ganti baju dulu, Sen. Ntar lo malah tambah sakit kalo langsung tidur." Kai kembali memberi nasihat berharap Sean mau mendengarkan. Namun yang terjadi, ia justru diusir dari kamar tersebut.

"Iya. Udah sana bawel."

Itulah perkataan Sean sebelum Kai menginjakkan kaki keluar dari kamar Sean. Dalam hati ia sempat merutuki sepupunya itu karena masih bertingkah menyebalkan disaat dirinya sudah berusaha perhatian pada kondisinya.

"Awas aja ya lo. Nanti kalo butuh bantuan gue, jangan harap akan semudah itu." Sungut Kai di depan pintu kamar Sean kemudian berdecih pelan. Baru setelahnya, Kai pergi meninggalkan daerah kamar Sean untuk kembali ke lantai bawah.

Di kamarnya, Sean ternyata melakukan apa yang Kai sarankan padanya. Ia telah membersihkan diri dan berganti pakaian, kemudian melahap makanan yang Kai bawakan tanpa minat. Selanjutnya ia juga meminum obatnya berharap kondisinya membaik esok hari.

Naik ke tempat tidurnya kembali, Sean hendak memejamkan mata dan mengistirahatkan diri. Namun sekelebat bayangan wajah Arin tergambar dalam pikirannya. Senyum serta sikap hangatnya tampak nyata bagi Sean.

"Rin... aku kangen kamu,"

Suara lirih Sean terdengar sebelum rasa kantuk melanda sehingga kali ini Sean tidak hanya sekedar memejamkan mata tetapi benar-benar tidur terlelap.

──♫──

Di jeda waktu sebelum kelas pertamanya akan dimulai, Arin menyempatkan diri untuk mengunjungi ruangan musik. Untuk sekedar memainkan alat musik kegemarannya. Dipikir-pikir, Arin merupakan salah satu orang yang sering mengunjungi tempat ini-bersama Sean sebenarnya. Ah, mengingat nama itu membuat Arin tiba-tiba merasa sendu.

Memang benar, Sean dan Arin sering mengunjungi ruangan ini. Baik saat mereka merupakan anggota choir sampai kini mereka sudah tidak lagi menjadi bagian darinya. Kadang pula, mereka datang bersama teman-teman yang lain.

Choir [HUNRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang