|♪| 𝐂𝐚𝐫𝐞

688 85 157
                                    

Sean kini tengah berada di rumah Chaka, karena tiba-tiba pria itu mengajak mereka untuk bermain di rumahnya. Sean mulanya menolak dengan alasan—malas. Namun setelah kelas terakhir tadi, ia langsung ditarik oleh Chaka dan Kai serta didorong Bima untuk segera masuk ke mobilnya, sementara Chaka membawa motor Sean dan Kai dengan motornya. Jangan kalian kira setelah dipaksa untuk masuk ke dalam mobil Bima, maka Sean bisa duduk manis. Nyatanya, pria mungil itu mengambil tempat di samping kemudi sambil berujar, "Nyet, lo aja yang nyetir. Ntar kalo gue yang bawa, belom ada lima menit ketilang polisi kita."

Emang gak tau diri ni bocah.

"Sen, gue mau nanya boleh gak?" Bima membuka obrolan setelah keempatnya hanya fokus menonton turnamen sepak bola lewat televisi di ruang tamu Chaka.

"Gak." Tolak Sean tanpa berpikir panjang.

Bima mencibir, "Ye... ada dendam lu ya! Gara-gara tadi," ceplos Bima meledek namun mendapatkan lirikan tajam nan mematikan dari Sean.

Bima bergerak menjauh dari Sean dan mendekat ke arah Kai. Ia kemudian mendekatkam bibirnya ke arah telinga sepupu Sean, berniat membisikkannya sesuatu. "Sepupu lo serem anjir. Kayak valak," tubuh pemuda itu sedikit bergidik namun Kai menolehkan kepala dan membalas. "Valakan juga elu!"

Chaka yang tengah memakan kue kering sampai tersedak dan buru-buru menenggak air putih yang tersedia di meja. Masalahnya bukan pada jokes garing itu, tapi apa yang terjadi setelah Kai mengatakannya. Pemuda tan itu menoyor kening Bima, namun reaksi cowok itu sangat lebay. Niatnya pura-pura terdorong karena toyoran Kai yang sangat kuat—menurut Bima, namun hasilnya Bima malah terjatuh dari sofa dan kepalanya terantuk meja di ruang tamu.

"ANJING!" Maki Bima selagi mengusap-usap kepalanya yang terasa nyeri akibat terhantam ujung meja. Beruntung meja berbahan kaca tersebut tidak sampai pecah.

"Untung mejanya gapapa." Ujar Sean santai setelah sedikit tertawa singkat tadi. Kai dan Chaka kemudian menertawai Bima yang masih terduduk di bawah sambil mengusap-usap kepalanya.

"Lagian lo tuh kalo mau atraksi jangan disini... eh tapi susah sih, sifat alami dari nenek moyang." Celetuk Kai yang setelahnya bertos dengan Chaka. Pemuda bernama lengkap Chaka Arzan Nugraha itu beberapa kali tertawa sambil bertepuk tangan ria, bahkan kadang mendorong dan memukul-mukuk ringan Kai yang duduk di sebelahnya.

"Sakit njir!"

Seru Kai sembari menahan dan menghempas tangan Chaka yang hendak memukul lengannya lagi. Kebiasaan Chaka memang seperti itu, apalagi kalau sudah tertawa sampai terbahak-bahak. Tapi jika di sebelahnya adalah seorang wanita atau seseorang yang ia hormati, ia tidak akan seperti itu.

"Oh? Sorry sorry,"

Kai mendelik karena raut wajah Chaka yang sama sekali tidak menunjukkan penyesalan. Untung saja Kai sedang berbaik hati, jadi wajah ganteng—tapi gantengan Kai milik Chaka tidak menjadi sasaran bogemnya.

Beberapa saat kemudian, Bima sudah kembali duduk di atas sofa yang terpisah dari sofa yang diduduki ketiga teman laknatnya. Sekedar antisipasi jika Bima kembali menjadi korban bully ketiga temannya.

"Sen, gue mau nanya beneran nih! Lo tinggal jawab aja ye,"

Sean melirik singkat kemudian berdeham pelan sebagai bentuk jawabannya. "Hm."

"Lo lagi pdkt-in Arin?"

Karena pertanyaan Bima, dua pria yang mulanya tidak peduli mendadak mengalihkan pandangan mereka menuju Sean dan Bima. Sebenarnya Kai dan Chaka juga menyadari itu, tapi mereka belum berniat menanyakan langsung pada Sean. Tapi berkat Bima, mereka tinggal menunggu jawaban pria dingin itu.

Choir [HUNRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang