|♪| 𝐖𝐡𝐨 𝐃𝐢𝐝 𝐈𝐭 (?)

565 79 33
                                    

Para anggota choir tengah latihan di ruang musik. Untuk mempersiapkan lomba mendatang, tentunya. Dan ini merupakan lomba terakhir mereka sebelum nantinya mereka disibukkan dengan pembuatan skripsi.

Kebetulan ada perubahan beberapa anggota yang akan ikut lomba kali ini, dan Ayafa serta Rayyan salah satu yang akan mengikuti lomba yang merupakan perlombaan terakhir bagi angkatan Sean.

Latihan untuk lomba kali ini mungkin akan sedikit berbeda. Terutama untuk angkatan Sean. Mereka tentu harus bersemangat seperti biasa sekaligus menikmati momen-momen bersama anggota choir yang lain.

Di tengah jeda istirahat, Arin bergerak mendekat ke arah Damar. Ingin menanyakan mengenai Sasha tadi.

"Oi, Dam!" Panggil Arin agar Damar menoleh.

Berhasil. Pria itu menyadari kehadiran Arin, kemudian memberi isyarat lewat matanya yang mengatakan ada apa Arin memanggilnya. Sampai di sekitar Damar, Arin kemudian membawa pria itu sedikit menjauh.

"Gimana Sasha tadi?" Tanya Arin sedikit berbisik.

Damar mengulum senyumnya. Rencana untuk menjahili Arin mendadak muncul di benaknya. Ia kemudian ikut berbisik.

"Ada bayaran gak kali ini? Gue gak bisa ngasih informasi tanpa imbalan,"

Raut wajah Damar dibuat sok memelas. Dan mendengar permintaan Damar, Arin pun memberi satu pukulan cukup kencang di lengan pria itu. Kencang sekalipun, bagi Damar pasti hanya seperti pukulan kecil.

"Heh, malah mukul-mukul!" Seru Damar heboh.

Dan karena suara Damar, atensi seseorang teralihkan. Matanya menangkap ada gadia mungil yang tengah berbicara dengan cara berbisik dengan pria yang jauh lebih tinggi dari si gadis.

"Jiah... cembokor si kulkas," celetuk Chaka saat melihat Sean fokus memperhatikan interaksi Arin dan Damar.

Memang benar. Sean sedari tadi mengawasi Arin dan Damar dalam diam. Tapi bukan karena cemburu. Ia rasa Arin terlihat nyaman bersama Damar, sementara dengannya, Arin masih terlihat menjaga jarak.

"Bisa cemburu juga lo, nyet."

Kai menyandarkan lengannya di atas bahu lebar Sean dan sesekali menepuknya. Sean kemudian menurunkan lengan sepupunya secepat kilat.

"Buset. Galak banget sih lu," Kai mencebik.

Bima yang belum bersuara masih senantiasa memperhatikan Sean juga Arin dan Damar bergantian. Ia kemudian menarik Kai dan Chaka untuk membentuk lingkaran.

"Apa tan?"

"Tan tan, apa lu kata?"

"Setan," Jelas Kai kemudian terkikik kecil diikuti Chaka yang tertawa dengan menepuk-nepuk tangannya.

Bima mendesah kasar, ia kemudian kembali menarik mereka ke dalam lingkaran. Posisi mereka terlihat seperti tengah merundingkan sesuatu yang penting.

"Temen kita kayaknya bukan cemburu deh,"

Mendengar itu, Chaka menyahut. "Emang bukan. Itu dia, eum... gimana ya. Semacam mikir, 'Arin nyaman ya sama Damar?' Gitu lhoo,"

Kai mengangguk setuju. "Iya, emang. Lagian dia sok-sokan cuek sama Arin jadi orang. Pengen gue jitak aja palanya."

Percakapan mereka terpaksa berhenti karena Sean tiba-tiba bergabung dan mengatakan, "Lo abis diskusi bahas apaan?"

Tetapi setelah itu, Kak Andra datang dan memberitahu jika latihan akan segera dimulai. Akhirnya mereka terpaksa menghentikan percakapan dan kembali membentuk barisan.

Choir [HUNRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang