|♪| 𝐑𝐚𝐬𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡

682 96 149
                                    

Sesuai keinginan Arin, kini gadis itu sudah berada di ruang kontrol cctv kampus bersama dengan Githa, Kai serta Sean. Walau sedikit gengsi saat Kai menanyakan apakah Sean jadi ikut atau tidak, namun pada akhirnya pemuda cuek itu ikut berjalan dan kini telah sampai di ruangan dengan beberapa monitor di sekitarnya.

"Pak, boleh liat cctv di bagian kantin? Temen saya mau ngecek sesuatu yang penting soalnya."

Kai meminta izin terlebih dahulu pada petugas di sana. Ketika menatap wajah pemuda yang bersuara, si petugas terlihat mengerutkan dahinya.

"Loh, kamu bukannya kemarin udah ngecek kemari ya?"

Kai menangguk karena memang mereka sempat mengobrol kemarin. "Iya pak, cuma sekarang bukan saya yang mau ngecek, temen saya Arin pak." Terangnya pada petugas yang kemudian segera dipahami.

"Oh begitu, mari ikut saya,"

Petugas tersebut mengantar keempat anak muda itu menuju sebuah monitor yang menunjukkan rekaman cctv di kantin saat ini. Sang petugas sempat mengotak-atik monitor tersebut dan menanyakan pada Arin mengenai waktu rekaman yang ingin mereka lihat.

Setelah menyebutkan hari, tanggal dan waktu, kini monitor tersebut sudah diambil alih oleh Arin dan kawan-kawan. Mata keempatnya meneliti dengan seksama. Sean pun melakukan hal serupa. Pria itu sama penasarannya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi sebelum hari perlombaan sampai Arin harus absen karena suaranya serak.

"Nih, coba lo liat." Titah Kai yang berhasil menjeda rekaman untuk menampilkan bagian dimana ada seorang gadis tengah memberikan sebuah kotak bekal makan kepada ibu kantin, lalu ketika dipercepat maka mereka bisa melihat bahwa isi dari kotak bekal tersebut dipindahkan ke piring yang kemudian menjadi makanan untuk Arin.

"Coba ulang pas di bagian ceweknya ngasih, Kai," pinta Arin lalu Kai mengikuti apa yang perempuan itu inginkan.

Arin langsung menjeda ketika wajah gadis itu sedikit terlihat di kamera cctv. Ia mengeluarkan ponsel untuk memotret bagian tersebut. Kemudian Arin memperbesar wajah gadis itu di ponselnya.

"Gue kayak pernah liat, cuma siapa ya?" Gumam Githa memasang raut wajah penasaran. Wajah gadis itu sedikit menjauh dari layar ponsel Arin untuk berpikir sejenak.

Sean juga melakukan hal yang sama, ia sempat mendekatkan wajah ke layar ponsel Arin untuk memperhatikan dan mencoba menebak siapakah gadis itu.

"Coba ketemu sama yang lain aja dulu, kita obrolin bareng." Ajak Kai yang sependapat dengan Githa. Arin dan Sean pun menyetujuinya.

Mereka lantas pamit dan tak lupa mengucap terima kasih pada petugas tadi. Kai sempat mengirim chat pada Bima untuk bertemu di taman kampus. Jadi sekarang mereka akan menuju kesana.

"Rin,"

"Hm?"

"Pasti ketemu orangnya kok, lo jangan kepikiran kayak gitu ah!"

Arin tersenyum ke arah Githa yang tengah merangkul bahunya. "Iya Git, gue gak mikirin banget kok." Kata Arin begitu, padahal Githa tahu kalau perempuan mungil di sebelahnya terlihat seperti berpikir keras setelah mengetahui ada yang sengaja melakukan itu agar suaranya serak.

"Yo wassap bro!"

Mereka disambut dengan suara berisik Bima ketika sampai di taman kampus. Untung saja orang-orang di sekitar sudah maklum dengan perangai pemuda satu itu, jadi sudah tidak heran jika mereka mendengar suara gaduh darinya.

"Apaan sih emang kenal?" Ujar Kai bergerak menjauh dari posisi Bima yang mulanya ingin mendekati Kai dan Sean.

Bima mencebik kemudian mundur dan memilih kembali duduk di sebelah Chaka. "Ingetin ya semua yang ada disini, Kai gak kenal gue. Titik!" Bima mengatakan dengan wajah super dongkolnya pada Kai.

Choir [HUNRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang