Ces yeux bleus = mata biru itu
Regi berdiri dengan gelisah di antara kerumunan orang. Mathias belum juga membalas pesannya. Dia tidak yakin apakah benar ini Raspoutine nightclub yang dituju,walau jelas-jelas dihadapannya berdiri gedung dengan lampu-lampu berwarna merah bertuliskan Raspoutine. Tadi dia sudah diusir oleh bouncer yang menjaga pintu masuk lantaran tidak punya VIP pass.
Regi mengutuki diri sendiri kenapa dia tidak ngotot pada Mathias agar bisa membawa teman. Kalau dia bersama Maya tentu dia lebih bisa dipercaya. Dia sudah tampil habis-habisan dengan dress merah bertali tipis. Rambutnya sudah di-blow. Maya membantu mendandani dengan make up tebal lengkap dengan glitter di leher dan lengannya. Regi menggunakan clucth Gucci favoritnya. Penampilannya sudah cukup mahal tetapi dia tetapi tidak bisa lolos dari tatapan bouncer yang merendahkan itu. Dia pun kesulitan mengerti apa yang diucapkan oleh bouncer yang berbicara macam orang berkumur itu.
Mathias mengundang Regi datang ke club sebagai permintaan maaf atas keterlambatannya ke perpustakaan tempo hari. Dia berjanji akan menjemput Regi. Walau yang menjemputnya, supir Uber yang sudah dipesan Mathias. Dia diturunkan tepat di depan pintu club yang dipenuhi pengunjung. Supir Uber menyampaikan pesan Mathias, agar Regi menghubungi pria itu begitu tiba di club.
"Ma chèrie, Regi," panggil Mathias yang mendadak berdiri di depan pintu. Pria itu melambaikan tangan meminta Regi datang mendekat.
Regi tersenyum lega melihat Mathias berdiri di samping bouncer brengsek. Pria itu terlihat sedikit berbeda ketika tidak menggunakan kaca mata. Ketampanannya tidak luntur terutama dengan rambutnya yang disisir rapi ke belakang. Dia menggunakan t-shirt abu-abu ditimpa suit hitam dan jeans biru tua. Wajahnya bersih habis dicukur. Gayanya macam eksekutif muda dan pemilik saham bernilai jutaan dolar. Casual tetapi mahal. Entah apa yang diucapkan pria itu, bouncer itu membuka rantai pembatas dan menyilakan Regi masuk.
"Kamu, kok, enggak telepon, kalau sudah sampai," ucap Mathias menyodorkan pipinya ke pipi Regi.
"Eng.. " Regi bingung harus menjawab apa. Jelas-jelas dia sudah mengirim pesan beberapa kali. Barangkali suasana ramai di dalam club membuat Mathias kesulitan membaca pesannya.
Mathias berdiri beberapa saat menatap Regi sambil mengelengkan kepala takjub.
"Kamu cantik sekali hari ini," ucap Mathias sembari berdecak dengan senyum menggoda. Jemarinya disentuhkan pada tekuk Regi dengan perlahan. Tak lupa memberikan kecupan di bahunya. Regi sedikit terjengit dengan gesture spontan itu. Mathias kembali memberikan kerlingan menggoda. Mata biru Mathias membuat Regi tersipu. Ya ampun. Dia memang norak. Baru saja mendapatkan perhatian seperti itu sudah bertingkah macam cacing kepanasan.
"Mon dieu (ya Tuhan), you're so cute, "gelak Mathias lagi.
Mathias segera mengamit lengan Regi dan mengajak masuk ke dalam club yang penuh sesak. Warna merah dan emas mendominasi seluruh club yang bernuansa Barok itu. Seluruh dindingnya ditutupi oleh bludru mahal. Permainan lampu laser dan lampu disco ala 80an menghiasi ruangan. Musik electro terdengar ke seluruh ruangan. Maya berdecak kagum ketika tahu Mathias mengajak Regi ke Raspoutine nightclub. Ini merupakan salah satu klub eksklusif di Paris. Lokasinya ada di segitiga emasnya Paris dan sangat dekat dengan Champs-Elysées. Klub Ini jadi tempat favorit sosialita dan selebriti berkumpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Rendezvous in Paris (Completed)
ChickLitCERITA INI BAGI MEREKA YANG SUDAH BERUSIA 18 TAHUN KE ATAS. MENGANDUNG BANYAK KONTEN DEWASA. Sepanjang hidup Regita Hapsari , 27 tahun, berada di bawah pengawasan ketat orang tuanya. Hidupnya terlalu lurus, cenderung membosankan. Ketika memulai hidu...