Arpenter à Pied Le Vieux Lyon =jalan-jalan sekeliling kota tua LyonSetelah sarapan mereka mulai mengeksplorasi Lyon. Maya yang jadi tur guidenya. Tinggal di arrondissement 5, Maya jadi banyak tahu tempat-tempat ciamik yang layak untuk dikunjungi.
Mereka berjalan kaki menuju museum Lugdunum yang menampilkan banyak catatan sejarah arkelogi Prancis sejak masa Pra-sejarah. Ada pula teater terbuka kuno dengan deretan tempat duduk dari batu dan ada sebuah lapangan luas di tengahnya.
Mereka menghabiskan waktu cukup lama di museum ini karena Gaël sangat tertarik. Pria itu mencermati satu demi satu artefak yang dipamerkan. Walau tidak tertarik Regi mencoba untuk ikut tertarik lantaran dia yang selalu dia berdiri di samping Gaël. Ini lebih baik dari pada jadi obat nyamuk dekat Maya dan Atilla. Keduanya udah mirip anak kembar siam yang menempel ke mana-mana. Bahkan baju mereka pun couple dengan model t-shirt dan warna merah menyala.
"Kita lanjut, Gaël. Jangan kelamaan di sini," ucap Atilla yang lama-lama tidak sabar.
"Kamu udah selesai?" tanya Gaël pada Regi yang sedari tadi ikut menyimak artefak dengan tekun.
"Dia nungguin kamu," cetus Maya sedikit galak. Tanganya diletakan di pinggang.
Regi segera membalas ucapan Maya dengan pelototan.
"Oh!" tukas Gaël singkat sambil menepuk pelan bahu Regi, "Kita keluar kalau begitu," ucapnya.
Perjalanan pun dilanjutkan ke Basilique Notre Dame de Fourvière yang jaraknya sekitar satu kilometer dari museum. Lagi-lagi mereka berjalan kaki. Untung saja jalannya tidak terlalu mendaki. Udara siang itu pun cukup cerah.
Awan biru dan embusan angin sepoi-sepoi sungguh nyaman untuk dinikmati sambil berjalan kaki. Maya bilang kalau musim gugur di Lyon udaranya paling enak. Turis pun tidak terlalu banyak yang datang sehingga mereka tidak perlu berdesak-desakan ketika datang ke tempat wisata.
Basilique Notret Dame yang megah itu sangat cantik dan membuat Regi terkagum-kagum. Dari kejauhan menara-menara yang tinggi mengingat pada kastil film Disney, namun di dalamnya lebih mirip dengan gereja.
Begitu masuk mereka langsung berpencar. Regi memuaskan matanya untuk melihat Mozaik-mozaik dan lukisan cantik pada langit-langit.
Setelah kenyang baru dia mencari-cari ketiga temannya. Mudah saja menemukan Gaël yang sedang mengamati patung-patung dengan altar. Entah ke mana Maya dan Atilla. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Matanya mencari-cari di setiap pojokan yang memungkinkan kedua bemesraan di sudut yang tersembunyi.
Gaël menepuk pelan bahu Regi sambil mengerakan dagunya ke arah pilar besar. dibalik sana terlihat Maya dan Atilla. Pasangan panas itu sedang berswafoto sambil berpelukan mesra. Pipi mereka menyatu. Atilla memberikan kecupan manis sementara tangan Maya mengarahkan gawai. Ada beberapa pengunjung yang melintas namun mereka tidak peduli sama sekali. Kini keduanya kembali berciuman sambil berfoto.
Regi menggeleng-gelengkan kepala takjub. Keduanya sudah tenggelam dalam dunia mereka sendiri.
"Kalau kita tinggal mereka juga enggak akan sadar," gumam Regi.
"Mungkin sebaiknya mereka kita tinggal saja,"sahut Gaël.
"Maksud kamu?"
"Kamu mau menonton mereka terus? Ada banyak tempat yang bisa kita lihat di Lyon," ucap Gaël.
Regi terdiam. Dia kembali menatap pasangan Maya dan Atilla yang sudah berjalan dekat pintu. Mereka tidak menengok sama sekali ke arah Regi dan Gaël yang jelas-jelasan hanya beberapa meter dari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Rendezvous in Paris (Completed)
ChickLitCERITA INI BAGI MEREKA YANG SUDAH BERUSIA 18 TAHUN KE ATAS. MENGANDUNG BANYAK KONTEN DEWASA. Sepanjang hidup Regita Hapsari , 27 tahun, berada di bawah pengawasan ketat orang tuanya. Hidupnya terlalu lurus, cenderung membosankan. Ketika memulai hidu...