Un pique-nique très parisien

4K 283 7
                                    


un pique-nique très parisien = piknik yang sangat Paris


"For you ma chérie," ucap Mathias dengan kerlingan menggoda. Pria itu mengisi ulang gelas plastik Regi yang sudah mulai kosong.

Regi menerima gelas itu dengan malu-malu. Menyesap pelan dan tak berani melirik ke arah Mathias yang jelas-jelas menatapnya.  Regi bahagia tak terkira. Dia sedang menikmati piknik romantis layaknya orang-orang Paris di Jardin du Luxembourg yang terkenal ini. Mathias membuat kejutan. Mereka kembali mau belajar bersama sekaligus piknik. Dia menjemput Regi menggunakan BMW convertible. Di jok belakang, Regi melihat ada keranjang rotan berisi baguette,  pastry dan dua botol wine. Mathias berucap dia sengaja membawa koleksi wine yang dibeli saat berlibur di perkebunan anggur terkenal di Bordeaux.

 Udara hari ini cukup cerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udara hari ini cukup cerah. Matahari bersinar menghangatkan angin musim gugur. Bangku beton mereka gunakan sebagai meja untuk menaruh  makanan dan wine. Mathias mengambil dua kursi taman sebagai  tempat duduk.  Di kiri kanan banyak pula yang duduk sambil santai mengobrol atau membaca buku. Kursi taman tersebar di seluruh penjuru dan  bebas menggunakannya. Dihadapan mereka ada  kolam yang  dikelilingi oleh anak kecil yang  menonton perahu mainan berwarna-warna mengapung.  Dari kejauhan Regi  bisa melihat istana Luxembourg yang berdiri megah sejak tahun 1611. Taman ini sangat nyaman untuk berpiknik, baca buku atau belajar seperti yang dia lakukan bersama Mathias. Di tempat ini juga dulu Ernest Hemingway  mencari ide untuk novel. Mereka bisa dapat banyak ide untuk esai tentang gaya hidup konsumerisme.

"Mana tulisan kamu coba lihat," tanya Regi berusaha mengalihkan pandangan Mathias dari dirinya.

"Well, aku baru sedikit nulisnya. Tolongin dong, aku bingung harus nulis apa lagi," ucap Mathias  menyandarkan tubuhnya di kursi macam habis bekerja mengetik berjam-jam. Kaca matanya dilepas  dan dia menengadah ke langit.

Regi mengecek esai Mathias. Professor Beaumont mewajibkan mereka membuat esai minimal 1000  kata. Regi sudah selesai sedari tadi  tetapi esai Mathias baru 300 kata.

"Aku lemah banget kalau soal bahasa. Kenapa sih kita harus belajar bahasa Perancis? Kelas kita kan kelas internasional. Apa enggak cukup bahasa Inggris?" keluh Mathias sembari tangannya mengelus-elus lengan Regi.

"Ya kan ini kita tinggal di Perancis harus bisa bahasanya juga dong," ucap Regi.

"Fine," ucap Mathias singkat. Raut wajahnya menunjukan ketidaksetujan. "Terus ini gimana?" tanyanya dan mulai memasang kembali kaca matanya.  Tubuhnya dimajukan ke arah Regi.

"Ini aku bantuin sedikit. Aku kasih point-point-nya. Nanti kamu kembangkan sendiri," ucap Regi. Dia enggak tega melihat raut Mathias yang memelas itu.

Menulis esai jadi momok banyak mahasiswa. Apalagi kalau bukan dari bahasa Ibu. Tidak semua orang punya kemampuan bahasa. Dia termasuk orang yang cepat menangkap tata bahasa asing.Sejak SMA dia  sering jadi tempat bertanya kalau ada tugas Bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Regi sempat kepikiran juga kuliah jurusan bahasa tetapi dilarang Ayah, karena dianggap tidak punya masa depan.

Love Rendezvous in Paris (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang