Indomie, Café et Tu

3.2K 239 11
                                    

Indomie, Café et Tu = Indomie, kopi dan kamu

Regi mematikan alarm dengan mata masih terpejam. Tangannya meraba-raba tombol jam sampai suara alarm berhenti. Dia merasa tubuhnya sulit bergerak. Ada punggung seseorang yang menempel dengan tubuhnya. Regi membuka mata dan nyaris terpekik. Jantungnya berdebar cepat ketika menyadari di sampingnya ada Gaël yang sudah di duduk di tempat tidur.

"Bonjour, (selamat pagi)" sapa Gaël ketika menyadari Regi sudah bangun.

"Bo- bonjour," jawab Regi sedikit gugup. "A-apa kita tadi ma-malam melakukan...." Regi tidak bisa menyelesaikan pertanyaan apakah mereka berhubungan seks atau tidak.

Gaël menggeleng cepat dan berkata singkat," Non (tidak)."

Serta merta Regi melirik ke arah tubuhnya. Dia masih mengenakan baju lengkap, persis seperti kemarin malam. Begitu pula Gaël yang masih mengenakan jins, kaos dan kemeja flanel.

Regi menarik napas lega. Perlahan otaknya mulai bekerja dengan baik. Terakhir yang dia ingat adalah mereka berciuman, dilanjutkan dengan obrolan santai soal tempat-tempat indah di Prancis. Entah bagaimana pembicaraan terputus begitu saja dan sama-sama terlelap.

Gaël bangkit berdiri dan melongok ke luar jendela. Badai salju sudah berhenti. Jalanan penuh tumpukan salju di sana sini. Ada mobil petugas lalu lintas yang menyerok sisa-sisa salju ke pinggir jalan.

Regi mengecek ponsel. Masih pukul tujuh pagi. Jadwal perkuliahan hari ini dimulai pukul dua belas siang. Dia punya cukup waktu untuk bersantai.

"Kamar mandi di mana?" tanya Gaël.

"Di ujung lorong,"jawab Regi.

Sementara Gaël segera keluar kamar, Regi berdiri di depan lemari kecil di atas kompor listrik. Dia harus menghidangkan sesuatu untuk pria itu.

"Aku buatkan sarapan," ucap Regi ketika Gaël sudah kembali dari kamar mandi.

"Kamu kan enggak bisa masak," seloroh Gaël heran.

"Sarapan cepat. Indomie," ucap Regi sambil menunjukkan bungkus mie instan. Selain kopi dia membawa banyak stok Indomie yang sangat berguna di saat seperti ini.

Gaël meraih bungkus mie yang dipegang Regi dan membaca penjelasan yang tertulis di bungkusnya. Bungkus itu dibolak balik seperti sedang menimbang isinya.

"Aku belum pernah makan mie instan Indonesia,"ucap Gaël.

"Ini enak banget. Kamu bisa ketagihan."

"C'est vrai (oh iya)?"

Regi mengangguk penuh keyakinan. Dia pernah membuatkan Maya Indomie. Setelah itu sahabatnya langsung ketagihan.

"Aku buatkan," ucap Regi sambil meraih panci masak.

"Biar aku yang bikin kopi," sahut Gaël cepat.

"Enggak usah. Aku juga bisa," Regi melarang.

Sebagai tuan rumah, dia merasa berkewajiban menyediakan semuanya. Sama seperti ketika dirinya berkunjung ke apartemen Gaël.

"Lalu aku ngapain?"Gaël merengut. Bibirnya  yang melengkung ke bawah terlihat sangat menggemaskan.

"Duduk aja."

"Aku enggak suka duduk diam,"tukas Gaël sambil melipat kedua tangan di depan dada." Lagian, aku bisa bikin kopi lebih enak dari kamu."

"Rese!" omel Regi. Apa yang dikatakan Gaël memang benar. Kopi buatan Regi nilainya B saja. Tidak ada yang bisa mengalahkan racikan kopi pria itu.

Love Rendezvous in Paris (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang