Une Journée Bien Remplie à La Boulangerie

2.7K 206 3
                                    




Une journée bien remplie à la boulangerie = hari yang sibuk di bakeri

Regi masih bengong untuk beberapa saat setelah ditinggal Mathias. Dia memperhatikan sampai punggung pria itu hilang dari pandangan mata. Sebagian dirinya berharap dia punya keberanian gabung dengan teman-teman Mathias. Kalau dia mau jadi pacar Mathias paling enggak dia harusnya berbaur dengan teman-temannya. Namun, sebagian dari dirinya merasa lega. Regi selalu tidak pede kalau dia jadi satu-satunya orang asing, sementara Mathias di keliling teman satu negaranya. Iya, dia sekuper itu!

Perut Regi sudah lapar namun dia tidak mau makan di kafe. Dia ingin sesuatu yang nikmat dan hangat. Di dorm masih ada krim sup sasetan. Dia cukup membeli roti hangat. Pikirannya segera melayang pada Boulangerie Arnauld. Sejak liburan di Lyon, Regi belum pernah lagi bertemu dengan Gaël. Kangen juga bertemu dengan pria itu.

Masih teringat bagaimana Gaël jadi tur guide yang menyenangkan di kawasan kota tua dan menikmati kuliner di Lyon. Gaël juga yang mentraktir waktu mereka makan di bouchon. Gaël berkeras tidak mau bayar bagi dua. Uang yang disodorkan Regi dikembalikan dengan judes olehnya.

Suasana Boulangerie Arnauld sedang ramai. Aroma roti yang baru keluar dari oven menguar hingga pintu masuk. Antrean mengular sampai keluar pintu. Regi mengosok-gosok tangan sembari berdiri dalam antrean. Lehernya dipanjangkan untuk melihat ke dalam boulangerie. Terlihat Gaël sibuk melayani. Rambutnya berantakan, wajahnya yang judes itu tampak tanpa senyum. Matanya bersinar galak. Kadang dia menjawab pertanyaan pelanggan dengan kalimat singkat yang ketus. Gaël kembali jadi pria yang judes dan menyebalkan.

"Bonsoir (selamat malam), Gaël," sapa Regi sembari mengulas senyum manis ketika memasuki boulangerie.

"Bonsoir," ucap Gaël singkat dan tanpa senyum.

Gaël sibuk melayani pembeli lain. Dia segera ke belakang dan terdengar suaranya mengomel-ngomel dengan temannya yang ada di dapur. Suara loyang berkelontangan dan oven yang dibanting dengan kasar. Regi jadi sedikit deg-degan, sepertinya Gaël sedang bad mood.

Sekarang di meja depan, posisi Gaël sudah digantikan oleh temannya. Dari balik rak roti Regi melihat Gaël sibuk membuat adonan seraya mengomel panjang pendek. Tanpa sengaja mata Gaël menatap ke arah Regi yang mengintip. Pria itu membalas tatapan Regi tanpa ekspresi dan membuat Regi tergugup. Dia segera mengambil baki dan memilih-milih roti yang ada. Selain baguette dia mengambil brioche dan almond croissant.

"Ini saja?" tanya pria yang sudah menggantikan Gaël. "Apa mau pesan minum?" tanyanya lagi.

"Em, enggak usah," ucap Regi sedikit ragu-ragu. Dia tahu membuat minuman adalah tugas Gaël. Dia tidak mau menambah repot.

"Tidak apa-apa, lho, pesan minuman. Kamu suka cafe au lait kan?" tebak pria itu.

Regi tersipu malu. Dia pasti sudah terlalu sering mampir boulangerie Arnauld sampai wajahnya dikenal.

"Aku sering lihat kamu datang ke sini. Oh' ya aku Sébastien," ucap Sébastien memperkenalkan diri.

"Aku Regi. Baguette dan roti di sini enak-enak. Aku suka," puji Regi.

"Roti kami selalu segar, dibuat tiap hari," sahut Sébastien sambil mengulas senyum. Wajahnya terlihat bangga. "Jadi, cafe au lait?" Sébastien mengulang pertanyaan.

"Ehm, boleh deh." Regi serta merta melirik ke arah Gaël yang masih sibuk menguleni adonan.

Sébastien masuk sebentar di ke dapur dan mengucapkan pesanan Regi pada Gaël. Regi ikut mengintip. Gaël mengangguk dan mengelap tangannya yang penuh terigu pada celemek. Pria itu bergerak ke arah mesin pembuat kopi.

Love Rendezvous in Paris (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang