Les visites de l'appartement = kunjungan ke apartement
Suasana supermarket menjelang malam pergantian tahun cukup ramai lantaran tutup lebih cepat. Orang-orang yang tidak sempat berbelanja pada hari sebelumnya tumplek hari ini. Sejumlah rak-rak makanan dan minuman mendadak kosong diborong mereka yang menyetok persiapan tahun baru.
Dari sisa-sisa daging dan sosis segar yang ada di konter daging, Gaël membantu Regi memilihkan sosis terbaik.
"Kamu punya rencana tahun baru apa?" tanya Regi ketika memilih-milih sosis.
"Enggak ada. Boulangerie kami hanya setengah hari. Kami libur seminggu," ucap Gaël.
'Kamu butuh istirahat juga," ucap Regi.
"Satu-satunya waktu untuk liburan. Kamu sendiri? Hanya di dorm?" tanya Gaël.
"Rencana begitu. Makan sosis, kentang goreng dan wine," jawab Regi menunjukkan kantong belanjaan.
Mereka sudah ada dalam barisan antrian menuju kasir. Gaël yang tadinya tidak niat belanja membeli kripik kentang dan beberapa minuman kaleng.
"Allor, aku mau masak untuk makan malam. Kalau kamu mau gabung," ucap Gaël sangat pelan sambil meletakkan barang-barang di depan kasir.
Walau terdengar sayup-sayup, Regi bisa mendengar dengan jelas. Dia melirik pada pria di sampingnya yang terlalu tekun menatap mesin kasir. Rautnya tidak berubah sama sekali. Gaël benar-benar mahluk unik!
"Masak apa?" Regi selalu tertarik bilang ada orang yang berbicara soal makanan. Terutama di musim dingin. Nafsu makannya bertambah dua kali lipat.
"Yang gampang saja onion soup," ucap Gaël.
"Aku jadi lapar," cetus Regi.
"Mau?" tanya Gaël berusaha memastikan.
Regi mengangguk dalam-dalam.
"Parfait (sempurna)," ucap Gaël.
Regi melihat ujung bibir pria itu sedikit tertarik ke atas. Pedar-pedar hangat kembali terlihat dimatanya, sama seperti ketika mereka menikmati makan di bouchon di Lyon.
Mereka naik Metro untuk sampai ke apartemen Gaël di kawasan Latin Quater. Perjalanan ditempuh dalam waktu dua puluh menit saja. Pantas Gaël senang naik sepeda menuju boulangerie karena jaraknya tidak jauh.
Lokasi apartemen Gaël cukup strategis di antara restoran dan kafe. Dari luar terlihat seperti gedung lama berlantai empat. Mereka harus menaiki tangga setengah melingkar sampai ke apartemen. Di Paris banyak apartemen yang tidak dilengkapi dengan lift. Penghuni secara tidak langsung olahraga setiap hari. Untung bawaan Regi tidak banyak. Dia tidak terlalu ngos-ngosan.
"Silakan masuk," ucap Gaël membantu Regi melepas coat-nya. "Kamu santai saja, aku buatkan cafe au lait," ucap Gaël yang sudah hafal minuman favorit Regi.
Regi duduk manis di sofa. Untuk pertama kali dia datang ke apartemen seorang pria. Herannya dia tidak merasa canggung sama sekali.
Apartemen Gaël kecil tapi nyaman. Interiornya didominasi warna putih dan kayu. Di dekat pintu masuk, sepedanya tergantung di langit-langit. Ruangan dibuat tanpa sekat. Di ruang tamu hanya ada satu sofa panjang dengan meja kecil, karpet bulu dan televisi. Pemandangan atap bangunan lain terlihat jelas dari balik dua daun jendela yang besar. Tidak ada foto keluarga ataupun foto perempuan yang terpajang. Seluruh dinding apartemen dihiasi dengan foto hitam putih yang artistik dalam berbagai ukuran.
Dari tempatnya duduk, Regi melihat punggung Gaël meracik kopi di kitchen island berwarna putih yang ukurannya paling mendominasi apartemen. Bukti kalau pria itu menghabiskan banyak waktu di dapur. Regi berdecak kagum melihat kelengkapan kitchen island yang sekaligus jadi ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Rendezvous in Paris (Completed)
ChickLitCERITA INI BAGI MEREKA YANG SUDAH BERUSIA 18 TAHUN KE ATAS. MENGANDUNG BANYAK KONTEN DEWASA. Sepanjang hidup Regita Hapsari , 27 tahun, berada di bawah pengawasan ketat orang tuanya. Hidupnya terlalu lurus, cenderung membosankan. Ketika memulai hidu...