Car ta main était sur ma taille = hanya karena tanganmu masih melingkar di pinggangkuRegi duduk sambil menonton Gael yang sedang membaca menu yang terpajang di dinding. Dia membiarkan pria itu untuk memesankan makanan. Mereka sudah berada di bouchon. Restaurant khas Lyon ini sangat nyaman dan bikin kerasan. Interiornya didominasi oleh kayu dan diatur menyerupai ruang makan keluarga yang sederhana dan hangat. Meja kayu yang ditutupi dengan taplak kotak-kotak merah. Seluruh dinding penuh dengan foto-foto tua dan lukisan cat minyak. Ada pula deretan panci dan kuali dari tembaga yang digantung di salah satu sudut.
Bouchon merupakan restoran khas Lyon yang menghidangkan kuliner kota ini. Konsep makanan yang dihidangkan bukan makanan mewah tetapi lebih makanan rumahan. Tidak jarang setiap bouchon punya signature menu yang diwariskan turun temurun.
"Aku pesankan makanan yang lengkap dari appetizer sampai dessert,"ucap Gael.
"Okay, yang penting enak," sahut Regi.
"Kamu pasti suka," kata Gaël penuh percaya diri.
Tidak perlu lama menunggu, appetizer tiba di meja mereka.
"C'est vraiment appétissant (kelihatan enak banget)," ucap Regi ketika soup dan salad dihidangkan.
Sebagai pembuka mereka menikmati sup labu puree dan lyonnaiese salad yang terdiri atas lettuce, croutons, potongan daging, poached egg dengan kuning telur yang meluber ketika ditusuk dengan garpu dan dressing vinaigrette yang tajam dan sedikit pahit. Sangat cocok mengimbangi rasa telur dan daging.
"Miam (nyam-nyam)," sahut Gael yang sudah menikmati supnya.
Menu utama pun segera menyusul; coq au vin, sejenis stup daging, yang terbuat dari daging ayam, potongan bacon, jamur dan wortel. Rasanya sangat gurih dengan kuah yang kecokelatan dan kental. Tak lupa dihidangkan pula keju lembut yang diletakkan dalam wadah kecil; cervelle de canut.
"Ini keju ya?" tanya Regi ketika cervelle de canut diletakkan di atas meja.
"Ini campuran keju lunak, faisselle, dengan lokio, bawang merah, parsley dan olive oil. Bisa buat olesan dengan roti," ucap Gaël sembari mencolek cervelle de canut dengan potongan baguette.
Gaya Gaël yang dengan cuek mencocol baguette pada olesan keju membuat Regi tergelak. Dimata Regi, gaya makan Gaël itu agak slebor. Baguette dikempit di ketiak sambil disobek sesuka hati. Baguette dicelupkan ke kopi dan sekarang, menggunakan baguette sebagai pengganti garpu untuk mencolek keju.
"Ayo dicoba," ucap Gaël.
Regi menyobek baguette dan mencocol dengan cervelle de canut. Rasanya keju sangat lembut seperti krim dan ada campuran bumbu yang bikin sedikit gurih.
"Enak?" tanya Gaël.
"Enak, ini lebih enak dari cheese spread di Franprix (supermarket di Paris)," jawab Regi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Rendezvous in Paris (Completed)
ChickLitCERITA INI BAGI MEREKA YANG SUDAH BERUSIA 18 TAHUN KE ATAS. MENGANDUNG BANYAK KONTEN DEWASA. Sepanjang hidup Regita Hapsari , 27 tahun, berada di bawah pengawasan ketat orang tuanya. Hidupnya terlalu lurus, cenderung membosankan. Ketika memulai hidu...