Bon weekend = selamat berakhir pekan.
Sudah jadi tradisi di awal tahun ajaran ada acara kumpul mahasiswa baru untuk saling mengakrabkan diri. Kalau di Indonesia tempatnya bisa di cafe atau di kampus tetapi di Paris, lokasinya di club. Menurut Maya Le Caves Club ini lumayan terkenal dikalangan mahasiswa lantaran lokasinya dekat dengan kampus.
Regi bersandar di meja bar. Kalau saja Ibu tahu dia nongkrong malam hari di club, dia bisa digeret pulang ke rumah. Ini kedua kalinya Regi menyambangi club. Ketika masih kuliah dia sembunyi-sembunyi clubbing di daerah Plasa Senayan. Supirnya yang sudah dia sogok ternyata bermental lemah. Diancam Ibu akan dipecat, dia membocorkan kemana Regi pergi malam itu. Tanpa ampun Regi dijemput dan digeret pulang dengan saksi puluhan mata pengunjung club. Kejadian itu sangat traumatis. Regi tidak berani melanggar lagi aturan dari Ibu. Orang tuanya memberi kebebasan dia nongkrong di cafe tetapi tidak clubbing. Nongkrong di cafe pun hanya boleh sampai jam sepuluh malam, sebatas jam mall tutup. Setelah itu dia harus sudah ada di rumah.
Regi meneguk pelan gelas wine kedua. Menikmati kebebasannya di Paris. Dia masih menunggu kehadiran Mathias. Ada beberapa pria yang datang mendekat dan basa-basi mengajak ngobrol. Dia layani dengan baik tetapi matanya tetap jelalatan mencari sosok Mathias. Sikapnya itu membuat lawan bicaranya jadi malas melanjutkan obrolan. Jadilah dia ditinggal sendirian. Maya sudah berada di tengah lantai dansa. Menari-nari energik bersama seorang pria dengan potongan rambut buzzcut.
Maya sudah mengincar pria itu sejak mereka bersantai di common room tempo hari. Pria itu sama-sama tinggal di Residence Sérénité entah ada di lantai berapa. Tempat tinggal mereka terdiri atas 10 lantai. Regi dan Maya menempati lantai lima yang seluruhnya dihuni oleh perempuan.
Maya langsung kegirangan ketika menyadari si pria hadir di Les Caves Club. Tampaknya pria itu tertarik pada Maya juga. Ketika mereka baru memesan minuman, si pria langsung mendekat dan mengobrol seru. Saat DJ memutarkan lagu yang berdentum-dentum dan lampu laser menari-nari, keduanya langsung berjoget gembira.
"Kenalin, ini Atilla dan Michelle," ucap Maya meraih gelas wine yang dia titipkan pada Regi. Di belakangnya mengekor tiga orang; dua pria dan satu perempuan. Regi hanya mengenal Oliver yang satu kelas dengan mereka. "Atilla temannya Oliver. Dan Michelle pacarnya Oliver, " tambah Maya menunjuk pria yang juga teman satu jurusan.
"Salut," sapa Michelle sambil menyodorkan pipinya.
Michelle memperkenalkan diri secara singkat. Dia juga mahasiswa jurusan executive bisnis seperti mereka tetapi berada di kelas yang berbeda. Dia berasal dari New York tetapi sudah setahun tinggal di Paris. Regi membalas sapaan Michelle dengan menyodorkan pipi. Lalu pandangan Regi beralih pada Atilla. Dia sedikit bimbang untuk cipika cipiki.
"Salut. Atilla Bernard,"ucap pria itu tanpa ragu menyorongkan pipinya ke arah Regi.
Regi membalas sedikit kagok dan menempelkan pipinya ada Atilla. La bise atau ciuman merupakan salah satu kebiasaan yang masih sulit diterima oleh Regi. Orang Perancis kalau kenalan suka langsung menyodorkan pipi. Tidak peduli dengan lawan jenis sekali pun. Maya mengatakan setiap daerah di Perancis punya tradisi yang berbeda-beda dalam soal jumlah cium pipi ini.
Lagu-lagu sudah berganti dengan irama yang lebih tenang. Permainan sinar laser berubah jadi lampu redup. Regi bisa melihat lebih jelas sosok Atilla. Tampilannya sangat casual dengan hoodie dan celana sedikit gombrong. Profil dari sampingnya terlihat menarik dengan hidungnya yang besar dan sangat mancung khas orang Timur Tengah. Rambutnya hitam dengan kulit sedikit kecokelatan. Alis yang tebal dan mata cokelat. Wajahnya dihiasi cambang dan brewok tipis. Posturnya gempal dan sedikit berotot macam bodyguard membuat Maya yang langsing itu sangat mungil ketika bersanding di samping pria itu. Dari tampilannya dan namanya Regi bisa menduga Atilla memiliki darah Turki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Rendezvous in Paris (Completed)
ChickLitCERITA INI BAGI MEREKA YANG SUDAH BERUSIA 18 TAHUN KE ATAS. MENGANDUNG BANYAK KONTEN DEWASA. Sepanjang hidup Regita Hapsari , 27 tahun, berada di bawah pengawasan ketat orang tuanya. Hidupnya terlalu lurus, cenderung membosankan. Ketika memulai hidu...