L'ombre D'un Doute

2.9K 227 2
                                    

L'ombre d'un doute = sebuah keraguan

Masa perkuliahan kembali dimulai. Sebenarnya Regi masih malas kuliah. Musim dingin sedang mencapai dingin maksimal. Salju kerap turun dan membuat jalanan jadi basah dan licin. Belum lagi membayangkan dia akan bertemu Mathias. Sepanjang sisa liburan Regi mulai ragu akan perasaannya pada Mathias. Dalam benaknya hanya muncul wajah Gaël. Namun, ini  hari pertama kuliah, dia tidak boleh bolos kuliah. Apa kata Ibu kalau tahu dia bolos kuliah!

Semester ini mata kuliah sama padatnya dengan semester lalu. Regi mengecek jadwal perkuliahan dan mencari nama-nama siswa yang ada di dalamnya. Terselip perasaan lega kalau sepanjang semester ini dia hanya dua kali sekelas dengan Mathias. Di kelas Principles of Finance dan kelas Bahasa Prancis.

Kelas Principle of Finance sudah cukup ramai ketika Regi dan Maya datang. Setengah bangku sudah terisi. Mata Regi jelatan mencari sosok Mathias. Untung saja pria itu belum datang. Regi berharap tidak masuk.

"Nyari Mathias?" bisik Maya melihat gerak-gerak Regi.

"Semoga dia enggak datang," tukas Regi.

"Tumben. Udah enggak naksir?" goda Maya.

Regi tidak menjawab. Dia belum cerita apa pun soal kejadian di apartemen Gaël. Pun soal perasaannya yang mulai goyah. Karena dia sendiri masih bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya.

"Bonjour ma chérie (selamat pagi sayangku)," sebuah suara memanggil.

Regi menoleh kaget. Tidak ada orang lain yang memanggilnya ma chérie selain Mathias. Serta merta pria itu mencium pipi Regi.

Semua siswa yang sudah datang langsung menatap ke arah mereka. Lebih tepatnya pada Mathias. Pesona pria itu tidak pernah luntur. Tampilannya selalu necis dan mahal. Hari ini Mathias menggunakan coat krem, jins dipadu turtleneck putih yang semakin menonjolkan mata birunya yang dihias dengan kacamata berbingkai emas.  Scarf Gucci terlilit di lehernya.

Beberapa siswa yang baru semester ini sekelas dengan Mathias menatap intens ke arah mereka. Sempat terdengar tarikan napas kekaguman ketika pria itu bergerak mendekati meja Regi.

"Bonjour. Selamat tahun baru," ucap Regi berusaha tetap sopan.

Mathias sedikit membungkukkan badan di depan Regi. Wajahnya pun berjarak satu sentimeter di dekat wajah Regi macam menunggu balasan ciuman. Perlahan Regi menyentuhkan bibirnya pada pipi Mathias.

Beberapa pasang mata terus menatap dengan rasa ingin tahu. Ada yang berbisik-bisik dan memberikan senyum dikulum. Sebagai pria populer di jurusan, tentu siswa lain kaget melihat Mathias mencium pipi seorang perempuan macam Regi.

Mathias tidak peduli. Rautnya menunjukkan kalau dia sudah terbiasa jadi tontonan banyak orang. Pria itu langsung meletakkan tas pada kursi di samping kanan Regi. Tangan disampirkan pada bahu Regi dengan mesra. Maya yang duduk di samping kiri Regi, tak tahan untuk melirik.

"Bonjour Maya. Selamat tahun baru," ucap Mathias secara sekilas dan kembali menatap Regi.

"Selamat tahun baru," ucap Maya singkat.

Regi bisa melihat Maya berusaha keras agar tidak mendelik. Sahabat langsung menyibukkan diri dengan gawai. Namun, kupingnya tetap waspada mendengarkan percakapan antara Regi dan Mathias.

"Aku punya sesuatu buat kamu," ucap Mathias mengeluarkan paper bag dengan logo Furla tercetak di situ. Di dalamnya ada pouch yang terbungkus rapi dust bag.

Love Rendezvous in Paris (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang