NOTE: Maaf ya, aku agak lama gak update cerita ini. Thank you buat yang selalu nungguin. Sebentar lagi ceritanya udah mau tamat. Enjoy.
C' est difficile pour moi de comprendre = sulit buat aku untuk mengerti
Regi mengetatkan pelukan buku di dadanya. Suasana metro semakin padat ketika pintu terbuka. Bertambah lagi penumpang yang masuk. Regi bergeser sedikit ke dekat pintu. Satu stasiun lagi dia harus turun. Regi tidak mau mengambil risiko harus dorong-dorongan dengan bule yang tubuhnya besar-besar itu.
Terdengar pengumuman kereta akan berhenti di Place d'Italie. Pintu terbuka dan Regi segera meloncat turun. Dia berusaha menapakan kaki secepat mungkin sebelum segerombolan anak SMA di belakang mendorongnya. Regi ingin memberikan pelotot tetapi matanya tertumpuk pada sosok tinggi kurus yang sedang berjalan di depannya. Jantung berdebar cepat. Walau hanya punggung dan rambut ikal yang tertutup oleh beanie, Regi kenal baik perawakan ceking Gaël. Pria itu berjalan santai sambil memasukkan kedua tangannya di kantong jins. Di sampingnya berdiri seorang perempuan berambut merah dengan kuncir kuda. Mereka terlihat berbicara santai sambil berjalan. Si perempuan tertawa kecil ketika menanggapi kalimat Gaël.
Regi berusaha mencuri-curi pandang siapa perempuan yang ada di samping Gaël. Dia ingat Chloé, sepupu Gaël rambutnya pirang.
Regi bersembunyi di balik tiang. Dia menunggu beberapa saat sebelum berjalan menyelinap di antara tubuh-tubuh tinggi bule yang menaiki tangga.
Keluar dari metro Regi tidak melihat lagi sosok Gaël. Regi menarik napas lega. Dia sebenarnya ingin bertemu Gaël. Ada banyak hal yang ingin dia bicarakan. Dia juga berhutang permintaan maaf tetapi tidak ketika pria itu sedang bersama perempuan lain.
Perutnya mendadak berbunyi tetapi dia masih bimbang. Apakah dia harus ke boulangerie Arnaud atau mencari tempat lain. Terbiasa dengan kualitas croissant buatan Gaël, membuat Regi agak kapok membeli croissant di supermarket. Matanya menangkap boulangerie di dekat metro. Dia sering melewati tetapi belum pernah ke sana. Tidak ada salahnya untuk mencoba.
Suasana boulangerie lebih sepi daripada boulangeri Arnaud. Pilihan roti dan pastry yang disediakan tidak jauh berbeda. Regi membeli dua croissant dan beberapa pastry untuk sarapan besok. Dia menggigit croissant hangat itu sambil mengecek ponsel. Tanpa sadar ada seseorang yang menghadang jalannya. Bentuk boots hitamnya terlihat familiar.
"Pardon," ucap Regi sambil mendongkakan wajah.
Mata Regi membulat saat menyadari sosok yang berdiri di tengah jalan; Gaël.
"Regi," panggil Gaël.
"Halo.Ça va," ucap Regi sedikit kaku.
"Ça va," ucap Gaël singkat. Mata pria itu dengan cepat beralih pada kantong roti yang ada di tangan Regi lalu bertanya dengan suara ketus," Kamu beli croissant di boulangerie itu?"
"Kebetulan lewat," ucap Regi sedikit tidak enak.
"Boulangerie kami juga dekat," tukas Gael dengan nada datar. Wajahnya sudah menampilkan raut masam. Kedua tangan dilipat di depan dada.
"Aku bisa beli croissant di mana aja. Terserah aku," ucap Regi kesal.
"D'accord. Kamu benar," ucap Gaël sambil mendengus kesal.
"Ada banyak pelanggan lain yang datang ke boulangerie kamu. Enggak perlu takut rugi," tukas Regi berusaha berkelit.
Sebagai pemilik boulangerie dia sudah membuat Gaël kecewa. Ya Tuhan, belum sempat meminta maaf atas kebodohan yang lalu dia sudah membuat kesalahan baru. Bahkan untuk tindakan kecil macam membeli croissant saja Regi tidak bisa mengambil keputusan yang benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Rendezvous in Paris (Completed)
ChickLitCERITA INI BAGI MEREKA YANG SUDAH BERUSIA 18 TAHUN KE ATAS. MENGANDUNG BANYAK KONTEN DEWASA. Sepanjang hidup Regita Hapsari , 27 tahun, berada di bawah pengawasan ketat orang tuanya. Hidupnya terlalu lurus, cenderung membosankan. Ketika memulai hidu...