Samedi à Bruxelles

3.1K 264 16
                                    


Samedi à Bruxelles = Sabtu di Brussel

Semesta sedang berpihak pada mereka. Begitu tiba di stasiun, Paris Gare du Nord ada kereta Thaylis (kereta cepat) menuju Brussel yang akan berangkat. Dua tiket dibeli. Mereka berlari sepanjang peron ketika terdengar pengumuman kereta segera diberangkatkan.

Sebelum menemukan kursi, kereta sudah bergerak. Regi meraih lengan Gaël demi menjaga keseimbangan. Dia berjalan mengikuti Gaël yang mencari kursi.

"Nomor 30A dan 30B,"ucap Gael ketika menemukan kursi mereka.

"Nyaris aja," seru Regi meletakkan bokong di bangku.

Gaël mengangguk pelan. Walau menampilkan raut wajah datarnya tetapi matanya cokelatnya berkerlip. Mereka duduk bersantai sambil melihat pemandangan pagi yang cantik. Sesekali sibuk dengan ponsel  untuk menentukan tempat apa yang bisa didatangi.

Gaël sudah pernah ke Brussel. Regi mempercayakan pilihan tempat wisata pada pria itu.

"Kita bisa ke Grote Markt (grand market) lalu ke rue de l'Etuve. Ada banyak mural yang bagus dan cari bir," ucap Gaël sambil membuka gawai.

"Aku pengin cari cokelat juga," cetus Regi sembari mengintip ke arah gawai Gaël.

"Cokelat, ya? Aku pernah ke tempat artisan chocolatier tapi lupa tempatnya. Sepertinya dekat Grote Markt juga ada," kata Gaël sambil mengusap-udap dagu.

Regi menonton Gaël yang sibuk googling. Dia senang melihat pria itu jadi lebih bersemangat dari pada dirinya.

"Eh, sebentar aku mau ke toilet," ucap Regi sambil bangkit berdiri. "Ada di mana?"

"Di ujung lorong," kata Gaël menunjuk ke arah toilet yang dimaksud.

Regi berjalan ke ujung lorong. Pintunya tertutup. Sambil menunggu orang di dalam keluar Regi mengoyang-goyangkan lutut karena kedinginan. Musim dingin hampir selesai. Suhu mulai menghangat karena siap menyambut musim semi. Namun, tetap dingin bagi Regi yang hari ini tidak pakai longjohn (baju dalaman untuk musim dingin). Beberapa menit dia menunggu tidak ada pergerakan. Regi mulai curiga. Dia mengetuk tidak terdengar ada respon. Gagang pintu digerak-gerakan untuk mengecek. Dari kejauhan Gaël tampak keheranan. Pria itu segera berjalan mendekat.

"Enggak jadi ?" tanya Gaël.

"Pintunya susah dibuka. Macet kali,"jawab Regi.

Gaël mengerak-gerakan gagang pintu sambil mendorong kencang dengan bahu. Pintu pun terbuka.

Regi menyeringai malu.

"Harus kamu dorong lebih kuat, biar kebuka,"ucap Gaël

"Eh, kamu mau... " tanya Regi sedikit bimbang. Dia takut pintunya sulit lagi dibuka.

"Aku tunggu dari luar. Kamu masuk aja," jawab Gaël dengan manis.

Regi segera masuk dan menyelesaikan buang air dengan cepat. Saat mencuci tangan Regi mengecek penampilan di cermin. Rambut berantakan. Wajahnya mengilat. Lipstiknya sudah hilang lantaran dia makan croissant dan minum cafe au lait. Regi merapikan tampilan. Menyisir lagi rambut dan memulas bedak dan lipstik pink. Dia pengin terlihat cantik dan rapi saat bersama Gaël.

Ketika Regi membuka pintu, gagang pintu kembali macet dan tidak bisa dibuka.

"Gaël, tolong buka," ucap Regi sembari mengetuk pintu.

"Sebentar. Kamu jangan di dekat pintu," kata Gaël.

Regi menempelkan tubuh pada dinding.

Gaël mendorong pintu toilet dengan kencang. Setengah tubuhnya masuk ke dalam toilet.

Love Rendezvous in Paris (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang