Mon Coeur Bat La Chamade

4.1K 316 15
                                    

Mon coeur bat la chamade = hatiku berdebar-debar

Regi mengambil kaca besar dan mengecek rambutnya yang berubah warna menjadi cokelat tua. Dia bosan dengan rambut pirangnya yang setelah beberapa lama mulai menampakan akar rambut warna hitam. Entah mengapa kilau pirangnya pun tidak sekinclong ketika pertama kali diwarna. Kalau dilihat-lihat lagi rambut pirangnya pun tidak matching dengan alisnya yang hitam itu. Baru belakangan saja Regi menyadari, tampilannya jadi aneh.

"Kamu lebih cocok dengan rambut warna ini," puji Maya menyisir pelan rambut Regi yang baru saja dikeringkan dengan hair dryer.

Berkat bantuan Maya Regi bisa mengecat rambutnya. Biaya colouring di Paris sangat mahal, dia tidak rela membuang uang untuk itu. Maya yang sering melakukan colouring sendiri menawarkan diri membantu. Maya sangat trampil mewarnai rambut. Maya juga yang memilihkan warna yang bagus dan cocok dengan tone kulit Regi. Seluruh rambutnya terwarna dengan baik tanpa menyisahkan sedikit  jejak warna pirang di situ.

"Jangan keramas dulu, ya," ucap Maya macam colourist di salon.

"Oui, mademoiselle," ucap Regi patuh. " Tapi aku bisa keluar jalan-jalan kan?" tanyanya.

Maya tertawa. "Bien sûr (tentu saja), " balas Maya tertawa. "Kamu sudah siap buat nge-date."

"Ini bukan nge-date. Kita mau belajar bareng. Kamu sering yang bilang di Perancis enggak ada budaya nge-date kayak orang Amerika," tukas Regi cepat.

"Mais, il est Américain, non (tapi dia kan orang Amerika)," tukas Maya dengan tatapan iseng.

Regi tersipu malu. Jantungnya mendadak bergetar tanpa diminta. Tadi malam Mathias menghubungi dan mengajak belajar bersama. Mereka ada tugas membuat esai mata kuliah bahasa Perancis. Regi boleh berbangga hati, walau cara berbicaranya masih berlogat Indonesia tetapi kemampuan bahasa perancisnya lebih baik dibandingkan Mathias yang  berbicara dengan cengkok Perancis yang kental. Di kelas bahasa, mereka selalu duduk berdekatan. Dia kerap membantu Mathias yang sering keteteran mengikuti pelajaran. Belajar bahasa Perancis level anak kuliah, tidak hanya harus paham soal tata bahasa tetapi mampu  berdiskusi, mengemukakan ide dan menganalisa tulisan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Regi bisa saja mengelak ini bukan nge-date tetapi dia mempersiapkan diri sama seperti mau nge-date. Dia mengubek-ubek baju koleksi musim gugurnya yang cuma itu-itu saja; sweter, jins, legging, knit dress dan syal. Pilihannya jatuh pada rok di atas lutut, t-shirt dan sweaer pink dan ankle booth.

"Kamu enggak pakai stocking?"tanya Maya yang tahu Regi sering mengeluh kedinginan.

"Enggak apa-apa. pengin beda aja," ucap Regi.

Sebenarnya dia agak nekat. kaki sudah terasa dingin. Angin yang berhembus dari celah jendela  kamar membuatnya kedinginan tetapi demi tampil cantik dan stylist, Regi menguatkan diri. Selama masih ada di dalam ruangan dengan heater, dia masih kuat. Toh mereka akan menghabiskan waktu di dalam perpustakaan.

Love Rendezvous in Paris (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang