Jours merveilleux à Salzbourg = hari yang luar biasa di SalzburgRegi membuka mata dan melirik ke arah pria yang masih terlelap di sampingnya. Gaël masih tidur dalam posisi menyamping. Satu tangan diletakan pada tubuh Regi. Selimut sedikit terbuka, memamerkan punggung berotot dan ada sedikit frekcles di situ. Setengah wajahnya tenggelam di antara bantal yang besar. Bahkan di saat tidur pun Gaël sedikit merengut. Bibirnya sedikit tertarik ke bawah. Sungguh mengemaskan. Regi menikmati pemandangan indah dihadapannya. Kini statusnya bukan lagi sekadar teman. Dia sudah jadi pacarnya Gaël. Pria itu menembak ketika mereka sedang melakukan tour Sound of Music. Regi mencium tipis pipi Gaël dan bangkit dari tempat tidur sepelan mungkin.
Regi membuka sedikit tirai kamar tidur. Mereka menyewa apartemen model jadul lewat Airbnb yang ada di kawasan old town Salzburg. Udara pagi sedikit dingin dan angin sepoi-sepoi yang mengingatkan Regi pada suasana di Lembang. Langit berwarna biru jernih. Dari kejauhan dia bisa melihat rumah-rumah di atas bukit dengan dereten pepohonan dan penggunungan Alpine.
Mereka berada di Salzburg untuk menghadiri pernikahan Lea. Sehari sebelumnya mereka sudah berkeliling menikmati keindahan kota kecil ini. Berjalan-jalan keliling kota tua, tour ala Sound of Music dan menikmati makanan khas Salzburg.
Regi merentangkan kedua tangan ke atas. Dia ingin menyiapkan sesuatu yang spesial. Selama ini Gaël yang menyiapkan. Kali ini gilirannya. Regi bergerak ke dapur. Tadi malam mereka belanja di supermarket. Ada roti, telor, selada, susu dan maple syrup. Dia membawa kopi Kintamani andalannya. Peralatan masak di apartemen ini cukup lengkap. Dia bisa membuat french toast untuk sarapan.
"Bonjour, mon Regi," panggil Gaël.
"Kenapa kamu bangun?" protes Regi.
Sebenarnya Regi ingin membawa semua sarapan ke tempat tidur. Tetapi membuat french toast tidak semudah yang dibayangkan.
"Udah jam delapan, lho," balas Gaël heran. Pria itu berjalan ke dekat kompor listrik dan melihat hasil kreasi Regi.
"Jangan dibantu. Aku mau nyiapkan semuanya sendiri," tukas Regi ketika Gaël sudah bersiap untuk mengambil alih pan.
Gaël tertawa kecil. "C'est bon (baiklah), kalau begitu aku duduk," ucapnya lagi.
Regi segera menuangkan kopi ke dalam mug Gaël. Pria itu duduk manis dan menyeruput kopinya. Satu tangan diletakan di pipi dan menatap Regi.
Regi tahu mata pria itu tak lepas dari dirinya. Tanpa sadar senyum tersunging di bibir. Ini perjalanan pertama mereka bersama sebagai pasangan. Regi khusus membeli baju tidur berenda warna merah yang menggoda. Kamisol dengan belahan rendah yang memamerkan dadanya. Pada bagian celana ada renda-renda tipis yang menerawang. Mata Gaël tak lepas dari menelanjangi dirinya. Dengan ekor mata, Regi melihat Gaël tidak bisa menahan diri. Pria itu berjalan mendekat dan menempelkan dadanya pada punggung Regi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Rendezvous in Paris (Completed)
ChickLitCERITA INI BAGI MEREKA YANG SUDAH BERUSIA 18 TAHUN KE ATAS. MENGANDUNG BANYAK KONTEN DEWASA. Sepanjang hidup Regita Hapsari , 27 tahun, berada di bawah pengawasan ketat orang tuanya. Hidupnya terlalu lurus, cenderung membosankan. Ketika memulai hidu...