Bagian 18. ||Pengakuan Alenta||

202 26 5
                                    

🍒HAPPYREADING🍒

***

Alenta memperlambat laju montornya ketika orang yang mengejarnya tidak mengikutinya. Alenta menatap Alena dari sepion montornya wajahnya terdapat kekhawatiran dan ketakutan. Alenta merasakan Alena yang memeluknya dengan erat.

Alenta tersenyum di balik full helm nya. Ia melajukan montor nya dengan kecepatan rata-rata. Ia berjanji akan selalu melindungi kupu-kupunya, Alena.

***

Alenta memarkirkan montornnya di taman dekat rumah Alena. Ia menepuk pipi Alena untuk segera bangun.

Alena membuka matanya, melepaskan pelukan Alenta menatap sekelilingnya dan bertanya, "kita kok kesini?"

"Ada yang mau gue bicarain."

"Tentang apa?"

"Lo," balas Alenta.

***

Mereka duduk di kursi panjang berwarna putih. Disini banyak anak-anak yang sedang bermain, ada sepasang remaja yang sedang ber malming.

"Mau bicara apa?" tanya Alena membuka suara.

"Gue disini nunggu seseorang yang gue sayang dari dulu. Gue pengin kalo orang itu inget sama gue," ucap Alenta.

"Maksud kamu, aku gitu? Mungkin kamu salah orang kali. Kita aja ketemu pas kamu pindah di SMA Pelita." Alenta menjawab, sebenarnya masih bingung dengan ucapan Alenta mengenainya. Mereka saling mengenal dari dulu?

"Gue nggak salah Len, lo Nana gue dan gue Tata lo," ucap Alenta menatap wajah Alena serius.

Alena semakin bingung, nama itu tidak familiar baginya. Ia seeing mendengar itu.

"Gue tau kalo lo nggak inget gue, tapi izinkan gue untuk ada buat lo. Gue bantu lo, dan lo bisa inget siapa gue."

Alena memalingkan wajah tidak maksud perkataan pria di depannya ini. Alenta mengeluarkan sesuatu di sakunya, kalung yang sama seperti yang dipakai Alena, kupu-kupu. Namun kalung milik Alenta berwarna silver.

Alena membulatkan matanya, ia menunduk kalung yang sama seperti yang ia pakai.

"Kok sama?" tanya Alena memegang kalung yang di pakai olehnya.

Alenta tersenyum menatap Alena seraya memegang kalung itu.

"Lo tau, ini hadiah dari lo dulu. Gue cowo dan gue dikasih ini dari lo," ucap Alenta terkekeh seraya menatap kalung yang dipegangnya.

"Kalung ini berharga buat gue, gue selalu berharap orang yang memberi kalung ini kembali. Gue selalu bawa kemana-mana. Jika gue rindu lo gue selalu menatap kalung ini. Ini berharga buat gue, seakan nggak mau kehilang."

Alena terdiam, Iya tidak mengingat apapun yang dikatakan oleh Alenta namun namun ada potongan memori kecil yang memenuhi pikiran Alena.

Flashback on

"Taaa," pekik si gadis kecil, ia Alena.

Sang empu menoleh kebelakang, mereka bermain ditaman bersama saat ini.

"Aku bawain sesuatu buat kamu,"

"Apa?" tanya Alenta kecil menatap Alena kecil di depannya.

Ragazza SegretaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang