Bagian 4: ||Sakit||

471 85 49
                                    

Kita ditakdirkan untuk bersama. Saling menjaga dan mempercayai. Percayalah itu kunci dalam menjalankan sebuah hubungan.

🍒HAPPY READING🍒

***

"Nih, gue bawain makanan." Andrean yang masuk ke uks dan menyodorkan sekantung makanan yang ia beli di kantin.

Alena diam kini bukanlah Alena melainkan Kevin. Kevin yang mengalihkan tubuh Alena.

Andrean membuka bungkus makanan dan pindahkan ke piring yang sudah tersediakan di uks. "Nih, makan ya." Andrean menyodorkan piring itu namun tak di terima oleh Alena.

Alena sudah bertahun-tahun dibully semenjak ia menginjakan kakinya di bangku SMP seorang Andrean Retro Jagaraksa tidak pernah memperhatikannya sedikit pun. Ini adalah pertama kali yang dia lakukan.

Andrean menghela nafas ia menyuapi Alena pun menggeleng-gelengkan kepala pertanda tidak mau.

"Kenapa? Tidak makan?" tanya Andrean.

Lagi-lagi Alena menggelengkan kepala ia tidak mengeluarkan suara.

Alenta bingung kenapa dengan kakak kelas ini? Apakah pacarnya Alena? Tidak mungkin! Reaksi Alena tidak secuek atau sedingin ini ketika bersamanya tanpa kakak kelas itu. Cuma hanya mengeluarkan hanya satu kata. Namun ini berbeda!

"Sini, biar gue yang nyuapin." Alena mengambil alih piring yang di pegang Andrean. Berusaha membujuk Alena makan. "Na, makan dulu, ya?" Suara lembut Alenta membuat Alena melihatnya. Alenta menyodorkan sendok yang berisi makanan kemuut Alena namun lagi-lagi Alena menggelengkan kepala.

"Kenapa? Makan dulu, ya?" Alenta masih membujuk Alena.

"Nggak mau," suara lirih Alena.

"Maunya apa? Kepalanya pusing?" tanya Alenta.

Alena menganggukan kepala.

Andrean yang berada disana pun termenung Alena menjawab ucapan Alenta namun ucapannya tidak di jawab? Ia memutuskan untuk pergi dari sana.

"Pulang aja, ya? Biar bisa istirahat." Alenta cemas dengan keadaan Alena saat ini.

Alena menggelengkan kepala. Ia berusaha turun dari bangkar namun di cegah oleh Alenta. Dia Alena bukan Kevin.

"Mau kemana? Lo belum sembuh."

"Kelas."

"Nggak! Lo tunggu disini biar gue panggil dokter mungkin jam sekarang udah dateng." Alenta pergi dan memanggil dokter.

Alena hanya mengikuti apa yang di ucap Alenta ia kembali tiduran di bangkar dan menatap langit- langit uks. Kepalanya masih terasa berdenyut.

Alenta kembali bersama dokter.

"Alena? Kamu kenapa?" tanya dokter itu.

"Eh, Om Tegar ada disini. Pusing om." Alena menjawab pertanyaan dari dokter. Alena mengenalnya karena dulu ia dirawat oleh dokter ketika Alena masuk rumah sakit pada masa itu.

"Kamu merasakan bayangan masa lalu, kan?" tanya Dokter Tegar.

"Iya, om."

"Saya cek dulu, ya," Dokter memeriksa Alena, "Kamu nggak papa kamu istirahat aja. Tadi kamu melihat masa lalu mu? Jangan dipaksain kalau belum ingat nanti seiring berjalannya waktu kamu akan mengingatnya," pesan Dokter.

"Iya, om. Makasih," jawab Alena dengan senyumnya.

Alena hilang ingatan? Batin Alenta.

"Sama-sama. Saya permisi dulu." Dokter pun melenggang pergi.

Ragazza SegretaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang