Bagian 6: ||Pertolongan||

346 66 23
                                    

🍒HAPPY READING🍒

***

"

Baik, pelajaran olahraga ini bebas kalian mau main apa. Tetapi jangan ada yang kekantin kalau ketauan ada yang ke kantin maka akan tau akibatnya," jelas Pak Bano.

"Siap pak," jawab siswa dan siswi.

"Tanpa penghormatan bubar jalan."

Semua membubarkan barisannya dan memilih olah raga kesukaan mereka. Tidak dengan Alena, Alena dengan santainya duduk dibawah pohon ditepi lapangan. Tidak apa apa toh? Sekarang kan bebas asalkan jangan kekantin. Ia meneguk minum yang ia bawa hingga setengah.

"CEWE ASONGAN! Enak banget tinggal duduk manis," ucap Bunga berdecak pinggang.

Alena diam tak bergeming masih fokus menatap lurus kedepan.

"LO KALAU DI TANYA KENAPA NGGAK SELALU JAWAB," sahut Dimas.

"Aku harus gitu jawab pertanyaan kalian? Nggak penting," jawab Alena dingin. Bediri dari duduknya menantang Bunga. Bisa bedakan mana Alena dan mana Kevin? Gaya bicaranya berbeda Kevin relatif menggunakan Lo-gue jika Alena menggunakan Aku-kamu. Tapi semua orang tidak menyadari itu.

"Dasar asongan ya kayak gini. Duduk kayak gelandangan," cibir Bunga.

Alenta yang sedang bermain basket melihat Alena yang bersama Bunga pun melempar bolanya asal dan berlari mendekati Alena.

"Jangan nyakitin dia," ucap Alenta yang menyembunyikan Alena dibelakangnya.

"Sok jagoan lo," tantang Dimas.

"Lo nggak usah nggangu dia. Maka lo pada bakal berurusan sama gue." Alenta menunjuk Dimas, Bunga dan antek-anteknya.

"Siapa lo sok jagoan di depan cewek asongan ini?" tanya seorang anteknya Bunga.

"Gue pacarnya," jawab Alenta menekan kata tersebut.

"Vel, masa kamu pacaran sama dia sih. Dia nggak cocok sama kamu mending sama aku aja," ucap Bunga menunjuk Alena.

"Najis mubaladoh." Alenta berdecih menarik Alena untuk pergi dari sana membawa Alenta ke taman belakang. Menyuruh Alena untuk duduk.

"Duduk." Alenta menepuk-nepuk bangku panjang yang sebelahnya masih kosong. Alena hanya menurutinya ia terdiam merasa jantungnya berdetak dua kali lipat.

"Kenapa nggak lawan?" tanya Alenta melihat wajah intensif Alena.

"Percuma kalau dilawan," jawab Aen dingin.

"Lo nggak harus kayak gini, Len." Alenta memegang pundak Alena supaya menghadapnya.

"Biarkan mereka lelah sendiri."

"Tapi hati lo yang merasa sakit."

"Biarkan aku yang menanggung sakit itu." Alena mengalihkan pandangannya menyenderkan tubuhnya kebelakang.

"Gue mau tanya sama lo."

"Tanya apa?" Alena mengalihkan pandangannya menatap Alenta.

"Kenapa lo bisa sedingin ini?"

Alena tidak menjawab dan kembali kepandangan awal tidak menatap Alenta. Setelah terdiam cukup lama akhirnya Alena menjawabnya, "karena aku nggak mau hanya menghabiskan suara demi anak nggak berguna. Lebih baik diam pasti mereka akan capek," jelas Alena.

Alenta terkejut baru kali ini Alena berbicara panjang kepadanya.

"Alena dulu sudah hancur berkeping-keping. Dan ini lah Alena yang sekarang," kata Alena.

Ragazza SegretaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang