Bagian 8. ||Taman rumah sakit||

301 47 21
                                    

🍒HAPPY READING🍒

***

Pagi hari yang ceriah Alena berangkat sekolah menggunakan angkot. Berjalan koridor kelas XI banyak ocehan ciwi-ciwi.

Katanya ada anak baru?

Ohya, pasti cogan nih

Iya, katanya cowo. Tambah deh cogan disini.

Jadi pacar aku nanti.

Heleh ngarep lo.

Begitulah ocehan dari ciwi-ciwi yang dilewati oleh Alena. Ia tak peduli memasang wajah datar tak pedulikan sekitar. Ia memasuki kelas dan duduk ditempatnya. Ia melihat bangku setelahnya kosong, berarti Alenta belum berangkat.

KRING KRING KRING

Bel istirahat berbunyi semua siswa dan siswi berbondong-bondong karena cacing diperutnya meronta-ronta.

Alena masih duduk ditempatnya. Ia duduk sendiri sepertinya Alenta tidak masuk kali ini. Namun keterangannya alpa. Terus siapakan Aurel kemarin? Buat apa Alenta kerumah sakit?

Kenapa aku jadi mikirin dia?! batin Alenta.

Alena beranjak karena suasana kelas sudah sepi. Ia berniat untuk ke perpustakaan--meminjam buku. Ia berjalan dikoridor tiba-tiba...

Duk

Ia meringis, jidadnya terasa berdenyut. Ia berbelok menabrak dada bidang seseorang.

"Jalan liat-liat dong," ucap seseorang itu.

Alena tidak menjawab ia melihat siapa yang ia tabrak, matanya membola ketika tau siapa yang ditabraknya. Ia menabrak Alenta? Gila! Jam segini ngapain Alenta kluyuran!

"Kebiasaan deh, jangan ngelamun." Alenta menggibaskan tangan tepat diwajah Alena.

"Sorry, ngapain kamu disini?" tanya Alena dingin.

"Sekolah lah ngapain kalau nggak disekolah mau mulung?"

Alena berdecak. Susah berbicara dengan orang seperti Alenta, jawab ngasal. Alena melihat Alenta dari ujung kepala sampai ujung kaki. Terlihat rambut acak-acakan, baju dikeluarkan, kacing baju terlepas didalamnya terbalut kaos hitam. Ia menggelengkan kepala melihat penampilan Alenta yang absurd.

"Kenapa? Terpesona sama kegantengan gue?" Alenta membenarkan jambulnya.

"Idih."

"Lo mau kemana? Kantin aja yuk sama gue?" ajak Alenta.

"Ogah."

Ditolak mentah-mentah oleh Alena. Sebenarnya Alena kepengin makan sejak pagi tadi ia belum sarapan. Sang ibu berangkat pagi, Alena tak punya waktu untuk memasak.

"Ayolah, gue tau lo belum makan," bujuk Alenta.

"Enggak-"

"Nggak ada penolakan." Alenta menarik tangan Alena menuju kantin. Banyak yang melihat Alena dengan tatapan iri.

Alena harus pasrah ditarik-tarik oleh Alenta. Ia mencari meja yang kosong dan duduk dibangku. Alena berhadapan dengan Alenta.

"Mau pesen apa?" tanya Alenta.

Alena menggelengkan kepala ia ingin berhemat, menabung untuk keperluan penting. Ia rela tidak makan dan minum diganti dengan puasa.

"MANG, SIOMAY NYA 2 PORSI SAMA ES TEH DUA," teriak Alenta.

"SIAP DEN," teriak mamang tak kalah keras.

"Kok dua?" tanya Alena kepada Alenta.

"Satu buat lo dan satu buat gue."

Ragazza SegretaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang