Bagian 20 || Kesedihan Alenta ||

173 25 1
                                    

🍒HAPPY READING🍒

***

Sang bibi menusul Alenta ketika Alenta lama mengambil berkas dari ruang kerja Anggita. Ia membuka pintu kerja tetapi ia menengang ketika Alenta memegang berkas yang terlihat jelas itu.

"Den?"

"Ini maksudnya apa bi?" tanya Alenta mengangkat berkas yang tadi ia baca.

Sang bibi diam mematung berkas yang di pegang Alenta, "jadi aku bukan anaknya mama?" tanya Alenta dengan tatapan sendu.

Bibi hanya gugup setengah mati tak menyangka kalau Alenta sendiri yang mengetahuinya.

"Jawab bi!" tegas Alenta menahan amarah.

Bibi hanya diam tidak berani menjawab.

"KENAPA MAS! AKU UDAH CAPE DI GINIIN TERUS!" teriakan Anggita dari luar.
Anggita berniat untuk mengambil berkas yang tertinggal dan menemukan pria yang menyakiti nya.

Alenta menghela nafas memejamkan matanya mendengar kekacauan setiap harinya ia cape untuk menghadapi setiap harinya.

Alenta keluar dari ruangan berjalan mendekati kedua orangtuanya di ikuti sang bibi di belakangnya.

"Stop mah, pah!"

Alenta berdiri ditengah di antara kedua orang tuanya. Alenta menatap kedua orang tua secara bergantian. Alenta mengangkat berkas yang di bawa nya tadi.

"Apa ini?"

Anggita dan Bimo menegang ketika melihat apa yang di pegang Alenta. Alenta tersenyum miris, "jadi aku bukan anak kalian?"

Mata Anggita berkaca-kaca.

"Jawab Alenta Mah, Pah."

"Ya, kamu memang bukan anak kami," jawab Bimo dingin.

Alenta menegang sesak rasa hatinya ketika mendengar jawaban dari orang yang selama ini menjadi kebanggaannya.

"MAS!" bentak Anggita dengan air mata yang mengalir begitu saja.

"Sayang, kamu anak mamah," ucap Anggita meraih pundak Alenta agar menatapnya, "kamu akan tetap menjadi anak mamah, bukan orang lain." Anggita mengeluarkan airmatanya ketika Alenta tidak menyhutinya.

Alenta menatap Anggita lalu bertanya, "dimana orang tua kandungku mah?" tanya Alenta dengan mata yang berkaca-kaca.

Anggita menggelengkan kepalanya, "kamu anak mamah sayang."

"Lalu ini?" tanya Alenta mengangkat berkas yang di tangannya.

Anggita menggelengkan kepalanya langsung memeluk putranya dengan air mata yang berlinang.

"Mamah sama papah akan bercerai. Kamu sudah tau tentang ini bagus lah," ucap Bimo santai. Lalu melenggang pergi.

Alenta lemas di pelukan Anggita, ketika mendengar penuturan Bimo air mata yang ia tahan sudah mengalir begitu saja. Ia lagi-lagi merasakan hal yang tidak ia inginkan. Ia bersyukur jika mamahnya tidak bertengkar lagi dan juga sudah tidak merasakan sakit namun di sisi lain ia kecewa, sedih, marah.

Alenta melepaskan pelukan sang mamah dan menghapus air mata sang ibu yang dari dulu ia sayangi walaupun bukan ibu kandungnya. Alenta tersenyum, senyum itu terlihat bahwa ia juga terluka.

"Mamah nggak boleh sedih, mamah kuat, ada Lenta disini. Mamah nggak tersakiti, ini bukan akhir dari sebuah kehidupan. Tetapi, awal kehidupan dengan situasi yang berbeda." Alenta memegang kedua pipi Anggita sambari mengusap air matanya dengan menggunakan ibu jarinya.

"Kita memulai hidup baru, mah. Hanya Aku, Aurel dan Mamah." Alenta menarik sang ibu kedalam pelukannya. "Walaupun aku sudah mengetahui hal itu, aku nggak akan tinggalin mamah sama Aurel disini." Alenta mengusap punggung sang ibu yang bergetar akibat isak tangisnya.

Cinta tidak semua orang akan mencintai selamanya.Mengambil keputusan untuk memilih jalan akhir. Namun, bukan akhir sebuah kehidupan awal dari kehidupan yang baru.

***

Alenta merebahkan tubuhnya di kasurnya dengan posisi terlentang menatap langit kamar yang berdominasi hitam dengan tema galaxi.

Dia kecewa dengan sang ayah, ayah yang di banggaan sejak dulu meniadi pahlawanya tetapi sekarang berbeda.

Alenta bangkit dari ranjang, berjalan kearah balkon kamar menatap langit malam yang penuh dengan bintang dan bulan. Ia merasakan angin malam yang melewatinya.

Alenta duduk di kursi balkon mengambil gitar yang di sisinya membawa di pangkuannya dan melantunkan sebuah lagu yang berjudul Promise Not To Fall

You've got your back against the wall
I can see by the way that you hold your head
And everything is your fault
When everything starts to heat, heat's on you

'Cause you promised not to fall
Before it grew, you said you were
Promised we would call it off
Now I'm feeling things, so be sure
Promised it would all be good
But does this feel good to you?
'Cause you promised not to fall
Didn't you, didn't you?
Promise not to fall

So we finally struck the line
I can see in the darkness there in your eyes
Pretending that it's all fine
But there's another heart beating here, and it's mine

'Cause you promised not to fall
Before it grew, you said you were
Promised we would call it off
Now I'm feeling things, so be sure
Promised it would all be good
But does this feel good to you?
'Cause you promised not to fall
Didn't you, didn't you?
You promised not to fall

Didn't you, didn't you?
Promise not to fall
Didn't you, didn't you?
Promise not to fall
Didn't you, didn't you?
Promise not to fall
Didn't you, didn't you?
Promise not to fall
Didn't you, didn't you?
Promise not to fall
Didn't you, didn't you?

Setelah ia menyelesaikan lagunya ia menatap langit bulan yang tertutupi awan hitam.

Lalu ia memasuki kamar dengan membawa gitar menutup pintu penghubung balkon dan juga tirai.

***

Cinta tidak semua orang akan mencintai selamanya.Mengambil keputusan untuk memilih jalan akhir. Namun, bukan akhir sebuah kehidupan awal dari kehidupan yang baru

***

Ragazza SegretaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang