Bagian 11. || Mariposa ||

297 36 7
                                    

🍒HAPPY READING🍒

***

Alena sudah sembuh kali ini. Lebih sehat dari sebelumnya, walau tidak boleh kelelahan itu bisa berakibat dengan penyakit yang dideritanya. Untung saja dokter masih menyembunyikan apa yang Alena alami kemarin.

Alena duduk dibangkunya, seperti biasa tidak ada yang menyapa atau berbicara dengan Alena, kecuali... Alenta yang sering menoceh tidak jelas dan juga mengganggunya. Kini sejak keberadaan Alenta membuat Alena terhindar dari bully-an yang diberikan teman-temannya. Mungkin takut dengan Alenta.

Kringkringkring...

Bel berbunyi panjang menandakan bel masuk sekolah. Alena menatap bangkunya dengan kening berkerut. Alenta tidak masuk sekolah? Atau terlambat? Alena hanya menggelengkan kepala pelan ia membayangkan si cowo bar-bar, Alenta.

Guru masuk memulai pelajaran prakarya, pelajaran yang tidak disukai oleh Alena, karena itu membuat sesuatu dalam satu kelompok. Ia selalu dapat nilai terendah dalam bidang kerja kelompok. Kalian pernah rasaiin jika kalian berkerja kelompok? Kalian yang ngerjain terus malah nama kalian tidak tertulis dikelompok? Yang berarti kamu tidak mengerjakan tugas dan tidak mendapatkan nilai. Namun kenyataannya kalian yang mengerjakan hal itu? Sungguh kasihan.

"Assalamualaikum anak-anak," salam Bu Dian memasuki kelas.

"Waalaikumsalam, bu," jawab serempak.

"Hari ini pelajaran tentang pengolahan bahan makanan. Kalian buat satu kelompok sesuai urut absen," jelas bu Dian.

"Siap bu!"

"Ibu akan bacakan nomer urutnya saja. Untuk siswa baru namanya Alenta absen 6 setelah Alena, jadi yang absen 6 jadi absen 7, yang 7 jadi 8 dan seterusnya. Paham?"

"Paham bu."

"Kelompok satu, nomer absen 1,2,3,4. Kelompok dua, nomer absen 5,6,7,8,...." Bu Dian membacakan nomer urut absen saja. Mereka yang merasa nomer absennya berkumpul membuat kelompok.

"Gila, gue sama cewe asongan, lagi?" tanya seorang cewe musuh bebuyutan Alena.

"Kek gini sih gue ogah bareng dia," sahut seorang cowo komplotan cewe itu.

Alena diam tidak mengeluarkan kata. Alena masih beruntung jika sang guru memilihkan kelompok. Dari pada memilih sendiri? Pasti dia mengerjakan sendiri, dan mendapatkan nilai terendah dalam keja kelompok.

"Perhatian anak-anak," ucap Bu Dian. Semua siswa menatap dirinya. "Untuk pertemuan hari ini ibu meminta kalian berdiskusi akan membuat apa, setelah kalian berdiskusi kalian tulis di buku kalian agar tidak lupa. Kalau sudah selesai kalian rangkum bab pengolahan makanan. Hanya satu kelompok hanya satu saja yang nulis di kertas folio. Ngerti kalian? Nanti ibu kembali jika bel akan berbunyi. Jangan berisik! Jangan nganggu kelas lain! Tetap didalam kelas mengerjakan apa yang ibu katakan!" jelas Bu Dian panjang lebar.

"Baik, bu."

"Kalau begitu saya keluar dulu sebentar. Ingat jangan berisik!" pesan Bu Dian. Setelah Bu Dian pergi suasana menjadi ricuh, ada yang lempar-lemparan siapa yang menulis. Dikelompok Alena, Bunga spontan menunjuk Alena. Sekarang tidak ada Alenta ia tidak masuk dengan keterangan 'alpa.

"Cepetan lo yang nulis," ucap Bunga menaruh selembar kertas di meja kasar.

Alena hanya menurutinya saja tidak berbicara satu kata pun. Ia menari kertas, membuka buku halamannya dan memulai merangkum. Bunga? Dia hanya bermain hp berselfi ria. Dimas? Dia juga bermain hp ngegame. Kelompoknya Bunga dan Dimas? Ya seperti sebuah rintangan untuk Alena untuk menghadapi semua. Alena yang nomer absen 5, Alenta 6 , Bunga 7, dan Dimas 8.

Ragazza SegretaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang