Bagian 23 || Fakta||

173 13 4
                                    

🍒HAPPY READING🍒

***

Lenia sedang menunggu seseorang di ruang tunggu di rumah sakit. Ia menemani seseorang di sini.

"Bagaimana keadaan ibu?" tanya Lenia kepada seorang wanita yang baru saja keluar dari ruang periksa.

"Saya sudah di fonis kanker otak, saya tidak tau lagi harus gimana," jawab wanita tersebut.

"Apakah ibu tidak memberitahukan keluarga ibu?" tanya Lenia.

"Saya tidak mau anak saya khawatir, dia sangat menyayangi saya dan saya tidak mau dia sedih. Saya mohon rahasiakan ini dari siapapun Lenia," mohon Anggita.

Lenia tersenyum lalu berkata, "Tenang Bu, Insya Allah saya merahasiakan ini."

"Terimakasih Lenia, kamu sangat baik kepada saya."

"Sama sama Bu."

"Setelah ini kita kemana Bu?"

"Kita makan dulu aja di kantin biar saya yang bayar."

"Baiklah."

"Sebentar Bu, saya izin angkat telpon dulu," izin Lenia.

"Silahkan, saya duluan ya."

Drttdrttt

Handphone Lenia berbunyi dan menampilkan nama Alenta disana. Lalu ia menggeser tombol hijau dan mengangkatnya.

"Assalamualaikum Tante."

"Waalaikumusalam ada apa Alenta?"

"Maaf Tante saya harus bilang ke Tante, Alena sakit tan. Dia sedang di rawat di RS."

Lenia menutup mulutnya tidak percaya, baru saja ingin pulang kerumah karena perasaan nya tidak enak ternyata benar firasatnya menuju tentang Alena.

"Anak saya kenapa Alenta?!!"

Lenia sangat panik dan cemas sekarang.

"Maaf Tante tadi saya pamit duluan saat Alena di periksa oleh dokter. Tetapi sudah ada bosnya yang jaga Alena di RS."

"Bos? Bos siapa?" tanya Lenia bingung ia masih di Landa kecemasan akan putri satu-satunya.

"Bosnya Alena Tan, Tante bisa datang ke RS Medika."

Tepat sekali Lenia berada disini.

"Diruangan mana?"

"Lantai 2 ruangan VIP nomer 2."

"Terima kasih, Ra."

"Sama sama Tante, saya tutup dulu."

"Iya assalamualaikum."

"Waalaikumusalam."

Tuty

Lenia kembali tempat Anggita duduk tadi dengan wajah cemasnya.

Ragazza SegretaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang