Bagian 10. || Drop||

262 38 4
                                    

🍒HAPPY READING🍒

***

Satu minggu telah berlalu. Ia terus diganggu oleh Alenta dalam seminggu ini. Hari ini, mapel Penjasorkes adalah mapel yang sangat tidak ia sukai. Alena mengambil baju olahraganya namun tidak ada bajunya. Ia mulai panik dimana bajunya? Adahal ia sudah menaruhnya disini. Ia mencari di laci ditas. Ia mengeluarkan semua isi tasnya ternyata tidak ada. Ia mengusap wajahnya kasar dimana bajunya hilang. Bisa-bisa ia mendapatkan hukuman dari pak guru. Alena hanya berdiam diri menatap lurus kedepan.

Alenta memasuki kelas ia mencicingkan mata. Ia mendekati Alena yang belum memakai baju olahraga.

"Kenapa belum ganti?" tanya Alenta.

"Baju hilang," jawab Alena singkat.

"Kok bisa? Lo udah cari yang bener. Coba lo ke loker, ditas lo, laci," cerocos Alenta mencari laci dan tas Alena.

"Nggak ada."

"Terus lo gimana? Mau di hukum sama pak guru? Gue nggak mau lo dihukum. Ayo ikut gue." Alenta menarik Alena.

"Mau kemana?" tanya Alenta dingin. Berdiri karena ditarik Alenta

"Nggak usah banyak tanya." Alenta langsung menarik Alena lembut menuju suatu tempat.

Toilet, mereka bedua sudah berada di depan toilet pria. Alena menyengit bingung kok dia di bawa kesini?

"Tunggu sini," pesan Alenta. Alenta masuk kedalam dan menggati pakaiannya menyisihkan kaos hitam bukan baju olahraga.

Lagi, lagi Alena menyengit bingung. Menatap Alenta datar.

"Pake," ucap Alenta menyerahkan baju olahraganya. Alena masih tidak menerimanya. Ia paham jika baju itu untuknya agar tidak kena hukuman dan Alenta lah yang menjalankan hukumannya.

Alena menggelengkan kepala.

"Udah nih pake. Gue nggak mau lo kena hukuman," ucap Alenta menyerahkan bajunya ke Alena dengan kasar.

"Kamu?"

"Nggak usah peduliin gue."

"Nanti dihukum."

"Udah, gue udah biasa dihukum. Cepat pake," ucap Alenta. Alena hanya pasrah. Alena mengganti bajunya di toilet perempuan yang agak jauh dari toilet pria.

Sedangkan Alenta menunggu Alena di luar toilet. Alena keluar dari toilet baju yang di gunakan olehnya kebesaran menutupi tubuhnya yang mungil.

"Kebesaran," ucap Alena di depan Alenta.

"Udah, nggak papa yang penting lo nggak di hukum," balas Alenta dengan tulus.

Alena hanya tersenyum kecil tapi tak nampak oleh siapa pun.

"Yuk kita ke lapangan," ajak Alenta.

Alena hanya berdehem meninggalkan Alenta di belakangnya.

Sesudah dilapangan mereka semua sudah berkumpul di lapangan. Mereka menatap Alena dan Alenta yang baru saja datang. Andrean yang agak aneh dengan penampilan Alena seperti bajunya kebesaran.

"Kalian kenapa terlambat?!" ucap Garang pak Sutro. "Kenapa kamu belum ganti Alenta! Sekarang jam saya! Olahraga mana baju kamu?"

"Saya belum beli pak, saya lupa untuk membeli bajunya," jawab Alenta santai.

"Karena kamu tidak memakai baju olahraga. Kamu sekarang bersihkan lapangan basket," perintah Pak Sutro.

"Baik, pak," jawab Alenta meninggalkan lapangan gedung olahraga.

Ragazza SegretaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang