Bagian 30 || Tragedi ||

94 10 8
                                    

🍒 HAPPY READING 🍒

***

Alenta menatap surat yang ditangannya. Setelah kabar dari sepupunya ia segera ke rumah.

"Itu yang gue temuin di kamar Tante," ucap Ivani seraya menunjuk surat itu menggunakan dagu.

"Coba kamu buka, siapa tau itu petunjuk buat kamu," sahut om nya.

Alenta menganggukan kepala, jari nya mulai bergerak membuka surat itu namun suara dering telfon nya ia urungkan membuka surat itu.

Ivani dan omnya menghela nafas pasrah, ia sangat penasaran sekali isi surat tersebut. Karena surat itu hanya boleh Alenta yang membukanya.

"Ndrong gue penasaran sama surat nya," bisik Ivani ke telinga ayahnya.

"Ndrang-ndrong yang sopan lo sama orang tua." Ayahnya menjitak kepala Ivani. "Gue juga penasaran."

Ivani mengencut bibirnya sambil mengusap-usap kepala yang kena jitak ayah nya.

"Yaa?"

Alenta menjawab telfon yang berbunyi itu.

"..."

"Kenapa bisaa?!!" teriak Alenta panik ia bangkit dari duduk nya.

Ivani dan ayahnya kebingungan Alenta sangat marah dan panik sekaligus khawatir.

"..."

"Kita cari sekarang!!"

Tuttt...

"Ada apa?" tanya om nya.

"Alena di culik om," jawab Alenta dengan keadaan merah padam, ia sangat marah.

Ia berjalan meninggalkan omnya dan Ivani dan juga suratnya di atas meja.

"Yah, cegah diaa. Nggak mungkin kalau cari Alena dengan keadaan marah," ucap Ivani.

Ayahnya menganggukan kepalanya segera menyusul Alenta di ikuti Ivani. Beliau menarik kasar Alenta yang akan menaiki montor besar milik Alenta.

"Apaan si om?!!" bentak Alenta.

"Kamu jangan gegabah, Alenta!!"

"Om, Alena dalam bahaya, om. Alena di culik om!!!" bentak Alenta dengan urat leher yang tertera menandakan ia sangat marah.

"Gue tau kalau Alena di culik. Kita harus waspada jangan gegabah!!" sahut Ivani.

Alenta mengacak-acak rambut nya. Merasa kesal, ia gagal menjaga Alena. Jika saja ia tidak pulang pasti tidak akan seperti ini.

"Lacak posisi Alena!" perintah om nya.

Alenta mulai ingat ia buru buru mengeluarkan hp nya. Ia mulai melacak keberadaan Alena dengan GPS yang ia pasang di kalung di pakai Alena.

"Ketemu om,  Ivani sama om hubungi Om Alen, aku udah serlok ke Ivani. Aku ke lokasi penyekapan sebelum terlambat."

Alenta menaiki montor besar nya dan memakai helm nya.

Sebelum ia menancap gas nya, tanganya di pegang oleh om nya.

"Kamu yakin datang sendiri?" tanya nya.

Alena menganggukan kepalanya, "yakin om, sekalipun nyawa aku jadi taruhan nya aku siap demi ngelindungi Alena."

Om nya tersenyum mendengar keponakan sangat memperjuangkan cintanya.

"Om percaya sama kamu, hati-hati jangan gegabah dan jangan mudah terpancing emosi. Om, dan yang lain akan menyusul. Disana banyak orang yang jaga di sekitar penyekapan." Omnya menepuk pundak Alenta menyemangati.

Ragazza SegretaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang