Terlalu berharap

1.2K 133 4
                                    

Entah bagi Zaell hari ini, yg lebih tepat nya malam ini adalah sebuah kesialan. Namun bagitu, ia tak mungkin menyalahkan siapapun, ini murni kesalahan nya.

Benar-benar membuatnya kacau. Kejutan untuk Kyla yg gagal, Kyla yg ternyata kambuh ia yakini bahwa itu adalah penyakit asma. Lalu kejadian mengagetkan setelah bertemu dan melihat wajah bunda nya Reno, dan terakhir yg lebih membuat Zaell ingin meledak dan menyesal adalah wajah Om dugong nya yg sama sekali mulai tak bersahabat.

Begitu membekas di pikiran Zaell bagaimana dingin nya tatapan Papa Kyla, bahkan belum sempat ia menjelas kan secara rinci bagaimana Kyla seperti ini tiba-tiba tubuh mungil gadis itu sudah direbut darinya dan dibawa masuk kerumah. Dan itu..

Membuat dada Zaell sessak karna penuh rasa bersalah.

Dan sekarang bagaimana menghadapi Daddy nya?

"Assalamu'alaikum. Zaell pulang"

Baru saja Zaell menekan tombol lampu di dinding, ia dikagetkan oleh sosok sang daddy yg entah kapan sudah berdiri dekat saklar lampu itu.

"Zaell, ada yg mau kamu jelaskan?"

"Dadd—"

Reynand dengan cepat memotong bicara Zaell dengan mengangkat tangan nya.

"Lebih baik kita bicarakan besok. Sepertinya anak bandel di depan daddy ini begitu lelah" ucap Reynand tenang setenang air danau di belakang rumah. Dan itu membuat Zaell terperangah.

Ini tak sesuai dengan apa yg ia pikirkan mengenai bagaimana raut mematikan daddy nya itu apabila sudah sampai rumah.

"Dadd— daddy beneran?" tanya Zaell masih tak percaya.

Reynand terkekeh sambil merapikan rambutnya. "Ya beneran lah, daddy tau kamu anak yg baik. Cuma bandelnya emang suka kambuh aja"

Sontak hati Zaell lega bahkan menghangat, selama ini ia selalu melihat sosok daddy nya ini lelaki yg tak punya hati.

"Hoaamm. Daddy ngantuk, mau manja-manjaan dulu sama bunda dikamar" lanjut Reynand dengan wajah santai lalu meninggalkan Zaell yg masih mematung.

Dasar si bucin tua.

---

Istirahat jam pertama ini Zaell ingin sekali ke belakang sekolah. Mengecek ayunan yg begitu nyaris sempurna ia siapkan untuk Kyla.

Sembari berjalan Zaell berdecak mengingat ia membiarkan lampu tumbler dan juga lentera itu hidup dari kemaren sampai sekarang, sudah dipastikan batrenya habis. Dan untuk bunga bunga yg ia tata, Zaell yakin sekarang sudah layu. Mengingat itu adalah bunga asli, bukan bunga abal abal.

"Zaell"

Setelah memutuskan memutar tumit, ohh ternyata Kyla...

Lelaki bertubuh tinggi itu sedikit mundur membuat Kyla menatap heran padanya. Dan mata lelaki itu.. tak biasanya sendu, bisa dikatakan mata lelaki itu selalu tajam dan kadang terkesan malas.

Beberapa detik setelah masih tak ada percakapan yg dimulai, entah turun kemana tatapan mata Zaell yg pastinya mata lelaki itu tak lagi menatap matanya.

"Bibir lo— pucat..." ucap Zaell lirih.

Refleks Kyla menyentuh bibirnya sendiri. Lalu menggeleng, tak lupa Kyla mencantumkan segaris senyum yg begitu tulus.

"Kyla lupa pake lipstik Zaell, jadi ya gini pasti pucat" jawab Kyla tenang.

"Maafin gue. Bener-bener seharusnya lo ngejauh"

Zaell & KylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang