AKSARA 2

11.9K 756 17
                                    

“Tidak ada perasaan yang salah, hanya saja kita yang terlalu berharap pada orang yang salah.”

***

Dengan langkah kesalnya, Amara berjalan meninggalkan depan kelas Aksara. Bisa-bisanya Aksara malah mengunci pintu ruang kelasnya setelah berhasil meloloskan diri dari cekalan tangan Amara. Harusnya tadi Amara menggunakan tenaga ekstra agar bisa mencekal tangan Aksara dengan kencang kemudian dia tarik agar Aksara tidak bisa menyentuh knop pintu.

Kini Amara berjalan lesu karena rencana paginya masih sama seperti biasanya yaitu gagal total. Padahal hari ini rencananya Amara akan mengajak Aksara untuk menemaninya sarapan pagi. Tadi pagi dia belum sempat mengisi perutnya karena dia harus buru-buru agar bisa bertemu dengan sang pujaan hati.

Tubuh Amara tersentak saat ada tangan yang menyentuh pundaknya. Amara sontak langsung membalikkan tubuhnya. Saat mengetahui sosok di belakangnya, Amara langsung melayangkan tangannya untuk tidak segan-segan menampar tangan makhluk yang kini tersenyum tanpa dosa setelah membuat dirinya kaget.

"Astagfirullahalazim sakit woi!" teriak Malven kesakitan karena tamparan sangat keras mengenai tangannya.

Malvenio Adrian Pratama adalah teman laki-laki Amara. Dia dan Amara sudah satu sekolah sejak TK. Bukannya akur, mereka justru malah lebih sering bertengkar. Hal yang sering menjadi penyebab utama pertengkaran mereka berdua adalah sikap jail Malven yang selalu di balas dengan tindakan kekerasan yang dilayangkan oleh Amara.

"Ya lo kenapa ngagetin gue segala sih?!" teriak Amara balik. Amara itu tipe orang yang tidak bisa mengontrol emosinya jika berada di dekat Malven. Entah kenapa jika berada di dekat Malven, dia selalu emosi dan bawaannya ingin marah-marah, sangat-sangat berbeda saat dia berada di dekat Aksara. Amara seketika akan menjadi sosok yang penyabar. Bucin.

"Maaf. Pagi amat lo berangkatnya?" tanya Malven heran saat melihat Amara yang biasanya telat kini tumben sudah berada di sekolah.

"Mau nyamperin pacar gue lah," sombong Amara sambil menaikkan turunkan alisnya.

Dengan refleks, Malven menoyor kepala Amara pelan karena geli melihat tingkat halu Amara yang sudah menjadi-jadi.

"Gausah halu anjir," ejek Malven.

"Ihh nggak percayaan jadi orang."

"Tolong dong Ra, turunin dikit tingkat halu lo itu agak kasihan gitu gue lihatnya. Miris. Kasihan mana masih muda," ejek Malven lagi.

"Sialan," umpat Amara kesal lalu mencubit pinggang Malven. Benar-benar memancing emosinya saja Malvenio Adrian Pratama ini.

"Bercanda sayang," goda Malven sambil menaikkan tangannya ke pundak Amara. Perlu kalian ketahui jika Malvenio ini sama gesreknya dengan Amara, namun dibalik sifatnya itu, dia sangat menyayangi orang-orang di sekitarnya.

"Geli anjir," ucap Amara sambil merinding geli karena ucapan Malven.

Amara dan Malven lanjut berjalan menuju lantai 3, mereka berdua berjalan menuju kelas Amara yaitu kelas XII IPS 3 yang kebetulan berada di lantai 3. Berbeda dengan Aksara yaitu kelas XII IPA 1 yang berada di lantai 2 dan Malven kelas XII Bahasa 1 yang berada dilantai 4.

"Lo udah sarapan, Ra?" tanya Malven sambil menatap Amara. Tangan Malven hingga saat ini masih setia berada di pundak Amara. Amara memang sudah terbiasa dengan perilaku Malven yang kadang bisa di bilang romantis seperti ini, tapi mau bagaimanapun juga, dia tetap saja bucin kepada makhluk ciptaan Allah bernama Aksara Aradhana.

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang