Jangan lupa buat vote sama komennya ya biar aku main semangat 😢
Selamat membaca!🤍
____
Selepas menunaikan ibadah sholat dzuhur, Amara kini melipat mukenanya. Kakinya berjalan menghampiri Aksara yang kini sudah duduk di teras mushola sambil memakai sepatunya. Dia kemudian duduk tepat di samping tubuh Aksara. Bukannya ikut memakai sepatu, anak itu justru terus memandangi wajah tampan seorang Aksara Aradhana.
"Lo tau nggak, lihat lo habis wudhu tadi bikin gue semakin ingin memantaskan diri," ucap Amara sambil cengengesan. Aksara sendiri hanya mendengus mendengar kata yang keluar dari mulut Amara itu.
"Gila lo."
"Ini serius beneran. Rasanya gue pengen cepet-cepet nikah sama lo biar tiap hari kalau sholat lo yang ngimamin."
Aksara menggelengkan kepalanya heran dengan pemikiran gadis yang saat ini masih cengengesan di sampingnya. Tangannya lalu menyentil kening Amara pelan.
"Sekolah yang bener dulu."
Amara mendengus, "Iya iya."
Tangan Amara kini masih mengikat tali sepatunya. Aksara sendiri sudah selesai dari tadi, namun entah mengapa dirinya masih setia duduk menunggu Amara yang sangat lama memakai sepatu. Anak itu bahkan baru memakai sepatu di kaki kanannya saja.
"Perkara pakai sepatu aja lama banget," ucap Aksara membuat Amara menolehkan kepalanya sambil menunjukkan senyuman tanpa dosa.
"Makannya pakein dong," jawabnya sambil menggoda Aksara yang hanya di balas dengan dengusan oleh lelaki itu.
"Gue bukan babu lo."
Aksara segera berdiri dari duduknya. Tangannya lalu di cekal oleh Amara. "Tungguin ih!"
Memutar bola matanya jengah, Aksara hanya berdiri menunggu Amara yang sangat lemot itu, "Buruan!"
"Iya sabar dong, Yang," jawab Amara. Anak itu segera mempercepat pergerakannya dalam memakai sepatu. Setelah selesai, dia lalu menatap Aksara yang kebetulan juga sedang menatapnya.
"Buruan berdiri!" Aksara heran saat melihat Amara yang sudah selesai namun tak kunjung berdiri juga.
"Tarik dong, Yang," pinta Amara. Anak itu lalu mengulurkan tangannya meminta bantuan Aksara. Bibirnya mengembang menunjukkan senyumannya.
Walaupun tidak ikhlas, namun Aksara akhirnya menarik gadis itu hingga bisa berdiri dari duduknya. Tanpa melepas genggamannya pada tangan Aksara, Amara justru semakin nekat dengan melingkarkan tangannya di lengan lelaki itu.
Dengan kasar akhirnya Aksara melepaskan genggaman gadis itu.
"Jahatnya," ucap Amara dramatis sambil mengelus tangannya yang tadi di dorong oleh Aksara.
Tanpa memedulikan Amara yang kini sedang kesal, kaki jenjang laki-laki itu kini berjalan menuju ruang osis. Dan sudah dapat di pastikan jika saat ini Amara sedang mengekorinya di belakang. Walaupun sudah pasti harus dengan sedikit berlari karena langkah Aksara yang begitu lebar.
Sampai di ruang osis, mereka berdua tentunya menjadi sorotan beberapa siswa yang ada di sana. Walaupun hanya ada beberapa orang saja, namun tetap saja Aksara malas jika dirinya langsung menjadi sorotan. Karena masih memasuki jam istirahat, maka masih banyak panitia yang masih bersantai. Aksara sendiri langsung memilih duduk di salah satu kursi yang tersedia, dan tentunya di susul oleh Amara.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Mencintai seseorang yang tidak mencintai kita itu menyakitkan." Aksara Aradhana, lelaki penuh pesona dengan wajah tampan dan senyuman menawan. Bukan seorang berandal sekolah, dia hanya murid yang dianugerahi otak encer...