AKSARA 32

7.8K 524 8
                                    

Waktu sudah menunjukkan sore hari. Amara menatap jam yang ada di pergelangan tangannya, sudah pukul 16.30 ternyata. Keadaan sekolah sudah sepi. Maklum saja, acara perlombaan sudah selesai sejak tadi. Kini hanya tersisa beberapa orang yang masih berada di tempat ini. Para panitia sedang sibuk untuk mempersiapkan acara pada esok hari. Akan banyak acara untuk besok, seperti pensi, bazar, dan masih banyak lagi.

Dengan telapak tangannya, Aksara kini mengusap peluh keringat yang mengalir di keningnya. Sedari tadi dia dan yang lainnya sibuk mendirikan tenda untuk acara besok. Cukup melelahkan.

Tubuhnya tersentak. Pipinya terasa dingin saat tiba-tiba seperti ada botol air mineral yang di tempelkan tepat di pipinya. Kepalanya menoleh. Dia mendapati Amara yang kini duduk di sampingnya dengan tangan yang memegangi botol air mineral.

"Minum dulu." Tangan gadis itu menyerahkan botol yang mulanya berada di genggamannya untuk Aksara.

Tanpa mengucapkan apa pun, Aksara langsung meneguk air pemberian gadis itu. Sembari meminum, matanya melirik ke arah Amara yang kini tubuhnya sudah dibalut dengan jaket miliknya. Tudungnya ia naikkan hingga rambut hitamnya tertutupi.

Sudah ada beberapa panitia yang berpamitan untuk pulang, namun Aksara sendiri masih duduk di salah satu bangku bersama Amara yang kini berada di sampingnya. Langit kini sudah menjadi warna jingga, pertanda bahwa ini sudah sore hari. Aksara menolehkan kepalnya menghadap Amara yang saat ini sudah tidak seaktif tadi siang, mungkin tenaga anak itu sudah habis.

Aksara berdiri dari duduknya lalu menarik tangan Amara hingga gadis itu tampak terkejut, "Ayo balik." Amara hanya ikut saja ditarik seperti ini. Sedikit baper juga karena saat ini Aksara menggenggam tangannya.

"Diboncengin, kan?" tanya Amara sambil menatap wajah Aksara. Lelaki itu hanya menganggukkan kepalanya singkat membuat Amara girang di tempatnya.

Dengan jari yang semakin ia eratkan dengan jari milik Aksara, mereka berdua lalu berpamitan dengan beberapa orang yang masih ada di sana. Tidak banyak, hanya ada sekitar 5 orang saja. Amara menunjukkan senyumannya saat mereka sudah berpamitan. Kaki jenjangnya keduanya berjalan menuju parkiran.

"Kesambet apaan lo? Perasaan jadi baik banget lo hari ini." Matanya menatap Aksara heran. Perlu kalian tahu, tangan keduanya masih saling bertaut saat ini. Sebenarnya, tadi Aksara sudah melepaskannya, namun dengan tidak tahu malunya, Amara menggeret tangan itu lagi.

"Gue baik salah, gue jahat juga salah."

"Agak heran aja sih gue. Tapi gapapa kok, Yang. Sering-sering ya kayak gini ya," ujar Amara sambil mencolek pipi Aksara. Aksara hanya bisa menggelengkan kepalnya heran.

Keduanya kini sudah sampai di parkiran. Dengan terpaksa, akhirnya Amara harus merelakan melepaskan genggamannya di tangan Aksara. Tangan Aksara kini sedang memasang helm di kepalnya. Dia lalu melajukan motornya dan berhenti tepat di samping Amara.

Tepat saat motornya sudah berada di samping Amara, tangannya menarik tangan gadis yang ada di sampingnya itu pelan agar mendekat ke arahnya. Jika di tanya bagaimana keadaan hatinya sekarang, tentu Amara akan menjawab dengan keras jika kini hatinya terasa berdetak sangat kencang! Posisinya kini terbilang sangat dekat dengan Aksara. Tangan laki-laki itu tergerak untuk membenarkan tudung jaket itu yang ternyata jatuh.

"Napas, Ra," ucap Aksara pelan saat melihat wajah Amara yang posisinya sangat dekat dengannya itu. Dia terkekeh saat mengetahui gadis itu sedang menahan napasnya.

Muka Amara langsung merah padam. Dia langsung menjauhkan wajahnya dari Aksara. Tangannya menutupi wajah merahnya. Aksara yang melihat itu langsung tertawa pelan.

"Buruan naik!" titah Aksara. Walaupun masih menahan malunya, akhirnya Amara naik ke jok belakang motor milik Aksara. Tangannya berpegangan pada pundak lelaki itu.

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang