AKSARA 21

7.7K 564 12
                                    

“Hanya sekadar pengagum rahasia yang jika bertemu pura-pura buang muka, padahal punya rasa sayang yang luar biasa.”

___

Telinga Aksara benar-benar memerah entah itu karena malu atau marah. Sahabatnya sudah mengetahui kalau kemarin dia sempat mengantarkan Amara ke rumahnya. Mereka juga mengetahui kalau Amara sudah bertemu dengan Bundanya. Tidak usah bertanya lagi, dia bisa memastikan kalau ini adalah kerjaan adiknya yang mempunyai mulut ember itu. Lihat saja nanti pulang sekolah akan dia marahi habis-habisan bocah SMP itu. Punya adik satu saja rasanya ingin dia buang ke tempat sampah saja.

Dhirga yang merupakan pendukung kuat hubungannya dengan Amara langsung menggoda dirinya habis-habisan. Tidak hanya Dhirga, sahabatnya yang awalnya tidak menyukai Amara kini juga ikut-ikutan mengejek Aksara. Demi apapun, Aksara kini sedang menahan gejolak emosinya.

"Aduh udah ada yang mulai buka hati nih ceritanya." Tawa Gibran terdengar menggelegar sambil menyenggol-nyenggol bahu Aksara yang kini masih diam mengerjakan soal di depannya. Dia berpura-pura tuli seolah tidak mendengar ucapan orang-orang yang ada di sekitarnya itu.

"Gue bilang juga apa, Aksara itu pasti bakal kepincut sama yang modelannya kayak Amara gitu. Secara Amara juga cakep gitu. Kalau gue sih nggak bakal nolak ya." Kini Dhirga ikut menimpali. Anak itu masih tidak bisa menahan tawanya apalagi saat melihat muka Aksara yang memerah.

Dhirga memang mendapatkan informasi ini dari adik sahabatnya itu. Alkara merupakan partnernya dalam mendukung hubungan Aksara Amara langsung memberikan berita terpanas itu. Bisa Dhirga tebak kalau Alkara menginginkan sesuatu dari Aksara, mungkin anak itu menginginkan Aksara untuk membelikan barang namun tidak disetujui oleh Aksara dan kini menyebabkan dia membocorkan informasi ini. Ada-ada saja tingkah adik dan kakak itu.

Aksara sampai geleng-geleng kepala sendiri melihat sahabatnya yang tidak berhenti melayangkan ejekan kepadanya. Padahal cuma mengantar pulang saja sampai seheboh ini. Gila memang. Padahal setahunya, Langit itu tidak mendukung Amara, namun entah terkena pelet atau bagaimana, anak itu justru yang kini paling semangat menjodohkan dirinya dengan Amara. Mungkin ini efek karena Langit sudah jadian dengan salah satu sahabat gila Amara itu.

Kabar jadian Langit dengan Tasya atau yang lebih sering dipanggil dengan sebutan Tata itu memang lagi santer diperbincangkan. Bahkan satu sekolah saja sepertinya tahu dengan kabar ini. Mungkin ini karena keduanya murid yang populer di sekolah. Kisah cinta keduanya juga cukup fenomenal. Sudahlah, Aksara tidak mau mengurusi kisah percintaan orang lain.

"Amara langsung tancap gas juga, ya. Cepet banget langsung dapat lampu ijo aja itu anak. Jadi kapan lo mau meresmikan hubungan ini?" goda Gibran sambil menaik turunkan alisnya guna menggoda Aksara yang hanya bisa menghembuskan napasnya kasar. Bisa gila lama-lama dia jika terus berada di samping sahabat gilanya ini. Semuanya kini terus-terusan membahas Amara sampai telinganya saja bosan mendengarnya.

"Cerewet lo semua."

"Cewek jangan di gantung gini dong bos. Rebut orang mampus lo."

"Gue nggak gantungin dia. Gue juga nggak suka sama dia."

"Halah. Kebohongan macam apa ini?"

"Serah lo pada lah." Bisa gila Aksara lama-lama jika terus menanggapi ucapan temannya itu.

Aksara mengambil earphone yang ada di sakunya untuk menyumpal telinganya agar tidak mendengar suara-suara menyebalkan dari mulut sahabatnya itu. Tawa mereka justru semakin meledak saja saat melihat muka tertekan Aksara.

"Aksara," panggil seseorang membuat lelaki itu mencopot earphone yang mulanya menyumpal telinganya. Dia menoleh dan mendapati Nabila yang berdiri tepat di sampingnya. Lelaki itu menaikkan alisnya bingung dengan Nabila yang mendadak muncul.

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang