AKSARA 3

9.4K 633 16
                                    

“Setiap orang berhak jatuh cinta, tetapi bukan berarti semua yang kamu cintai bisa kamu miliki.”

***

Amara duduk gelisah di kursinya dengan tangan memegang bolpoin yang ia ketuk-ketukkan di dagunya. Otaknya kini berpikir keras memikirkan cara yang efektif agar dia bisa memikat hati Aksara. Apakah mungkin dia harus memakai cara instan seperti memelet Aksara? Tidak-tidak. Itu ide gila yang dulu pernah sempat terlintas dipikiran Amara saat dia sudah ingin menyerah.

Aksara kapan sih dia akan luluh dengan dirinya. Amara sampai pusing sendiri memikirkannya. Sepertinya dia memang sangat bego karena sudah tau jika Aksara tidak pernah menanggapinya tapi dia tetap saja memperjuangkan cintanya itu.

Sebenarnya apa kurangnya sih seorang Amara ini? Memiliki postur tubuh ideal, kulit putih, hidung mancung, bibir tipis merah alami, dan rambut panjang hitam legam. Ya tidak memalukan lah jika bersanding dengan Aksara. Mungkin sifat gesreknya yang membuat Aksara geleng-geleng kepala sendiri.

Amara kini menompang dagu dengan satu tangannya. Dia sama sekali tidak memperhatikan materi di depan karena pikirannya dipenuhi oleh Aksara, Aksara, dan Aksara. Bisa-bisanya dia bucin sampai seperti ini. Dia sudah menaruh hati pada Aksara sejak 3 tahun yang lalu, hal itu membuat dia sangat sulit untuk mundur.

Amara mengacak rambutnya frustasi. Diandra yang tadinya fokus memperhatikan Bu Sandra yang sedang mengajar mulai terganggu dengan sikap aneh sahabatnya itu.

"Kenapa sih?" tanya Diandra melihat Amara yang kini menaruh kepalanya di meja.

"Gimana cara biar gue bisa dapetin Aksara?" tanya Amara.

"Tidur. Siapa tau bisa dapetin di mimpi," jawab Diandra malas. Setiap hari pasti saja topik obrolannya dengan Amara tidak jauh-jauh dari Aksara.

"Sinting lo," ujar Amara.

"Ya lagian lo kan udah tau kalau Aksara aja sifatnya kayak gitu masih aja lo perjuangin. Gue aja yang lihat aja miris. Banyak Ra cowok yang mau jadi pacar lo selain Aksara. Jangan buta sama obsesi lo ke Aksara itu deh. Coba aja buka hati buat orang lain," jawab Diandra sambil mencatat materi yang dijelaskan oleh Bu Sandra di depan.

"Gue cuma maunya sama Aksara. Nggak mau sama yang lain. Kalau bukan sama Aksara gue nggak mau. Titik."

Diandra meletakan penanya lalu menatap Amara yang kini menelungkupkan wajah cantiknya di lipatan tangannya. "Jangan bego-bego banget anjir. Di luar sana masih banyak cowok ganteng. Bahkan ada yang lebih ganteng dari Aksara."

Amara lalu menatap Diandra. "Bukan masalah gantengnya Di, tapi ini itu masalah hati. Gue udah jatuh cinta pada pandangan pertama sama Aksara. Aksara itu cowok idaman gue banget. Gue nggak bakal bisa kalau disuruh lupain dia," jawab Amara memelas.

"Bego emang."

Amara kembali melamun hingga akhirnya suara Bu Sandra mengagetkan dirinya. Bu Sandra itu tipe guru yang menurut Amara masuk dalam kategori sangat meresahkan. Dan hal itu membuat Amara tidak menyukai guru itu.

"Amara keluar dari kelas saya, lari lapangan 5 kali!" perintah Bu Sandra tegas membuat Amara menghela napasnya sejanak. Tanpa protes Amara langsung berdiri dari tempat duduknya dan segera keluar ke kelas. Diandra yang melihat itu hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Amara.

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang