Peringatan!!!
Part ini full dengan kebucinan Aksara Amara
Sebaiknya kalau mau baca jauh-jauh dulu dari kerumunan, soalnya nanti kalau kalian senyum-senyum sendiri kasihan dikira orang gila.
Okei, selamat membaca!🤍
Jangan lupa vote dan komennya!!🤍
____
Setelah pertemuan Amara dengan Papanya tadi, hingga kini gadis itu menjelma menjadi sosok yang pendiam. Aksara yang tak pandai memulai pembicaraan dan kini ditambah Amara yang memilih diam sembari melamun. Suasana canggung kini terjadi di antara mereka berdua.
Hingga saat ini, Amara masih menyenderkan kepalanya di bahu Aksara dengan pandangan mata yang kosong. Sedangkan tangan kiri laki-laki itu kini sibuk untuk mengelus pelan rambut hitam Amara.
"Es krimnya di makan, Ra, nanti keburu cair," ucap Aksara saat melihat es krim yang berada di meja kini sudah mulai mencair.
Amara diam membisu tidak menanggapi ucapan yang keluar dari mulut Aksara. Gadis itu masih saja melamun sambil merasakan pipinya yang memanas karena tamparan yang dilayangkan oleh papanya tadi.
Aksara hanya bisa menghela napasnya. Tangan laki-laki itu tergerak untuk mengambil es krim dan berniat menyuapi Amara, "Buka mulutnya," ucap Aksara pelan.
"Gue mau pulang aja," ucap Amara pelan.
"Iya nanti pulang, tapi sekarang habisin ini dulu," ujar Aksara yang kini sudah menyendokkan es krim dan tinggal menunggu Amara untuk membuka mulutnya.
Menghembuskan napasnya pelan, Amara kini mulai membuka mulut kecilnya itu. Aksara yang melihat itu lalu menunjukkan senyuman kecilnya dan mulai menyuapi Amara. Pandangan gadis itu sedari tadi tidak mau menatap Aksara. Pandangannya hanya lurus menatap depan sembari melamun.
"Jangan kayak gini, Ra," ucap Aksara pelan. Lelaki itu kini sudah tidak menyuapi Amara karena tiba-tiba terdapat kristal bening yang turun di pipi Amara.
Tangan Aksara lalu menangkup kedua pipi Amara agar gadis itu mau menatapnya. Jarinya tergerak untuk mengusap air mata yang turun di sana, "Udah dong nangisnya."
Amara menundukkan kepalanya, tangis gadis itu malah semakin kencang, "Gue enggak bisa sok-sokan kuat lagi, Aksara," ucapnya lemah. "Gue capek."
"Sstt. Lo kuat, Amara. Ada gue di sini, okey?" Aksara lalu menarik Amara ke pelukannya. Gadis itu sepertinya benar-benar sedang dalam titik terendahnya.
"Mau pulang sekarang?" tanya Aksara dibalas dengan anggukkan singkat oleh Amara.
"Kalau mau pulang jangan nangis lagi," bisik Aksara sambil mengusap pipi Amara yang sudah basah.
Amara kini menegakkan tubuhnya. Gadis itu mencoba mengatur napasnya setelah menangis. Dia lalu mengambil ponselnya untuk melihat mukanya sendiri.
"Jelek banget," ucap Amara saat melihat mukanya sendiri. Matanya benar-benar merah.
"Enggak. Tetap cantik kok."
"Bohong banget! Jelek gini dibilang cantik."
"Makanya jangan nangis mulu! Jadinya jelek gitu, kan, kalau habis nangis. Cengeng sih jadi orang."
"Plinplan! Tadi katanya cantik!"
Aksara tersenyum saat melihat Amara yang kini sudah kembali ke sifat asalnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Mencintai seseorang yang tidak mencintai kita itu menyakitkan." Aksara Aradhana, lelaki penuh pesona dengan wajah tampan dan senyuman menawan. Bukan seorang berandal sekolah, dia hanya murid yang dianugerahi otak encer...