AKSARA 23

9.1K 667 37
                                    

Masih ada yang setia menunggu kelanjutan cerita ini?

Darimana kalian tahu cerita ini?

Jangan lupa tinggalkan vote dan komen di setiap barisnya yaw!

Selamat membaca!

____

Hari ini, saat ini, menit ini, detik ini, saya memutuskan untuk menyerah dan tidak lagi berharap  pada siapapun.

____

Kepala Amara rasanya ingin pecah saat ini. Melihat Nabila dan Aksara yang sedari tadi terus bersama hingga pulang sekolah ini benar-benar membuat hatinya merasa nyeri. Belum lagi kini matanya melihat Nabila yang sudah duduk manis di jok belakang motor lelaki yang menjadi incarannya itu. Perasaan hatinya sudah tidak perlu ditanya lagi, tentu saja sudah seperti ditusuk dengan belati.

Matanya seketika memanas saat motor yang dikendarai Aksara melaju lewat di depannya dengan Nabila yang memeluknya dari belakang dengan mesra. Huh, sakit sekali everybody. Amara mendongakkan kepalanya sambil mengipasi wajahnya dengan tangan agar air matanya tidak meluruh.

Kepala pusing dan hati lelah. Hari ini tubuhnya terasa sangat lemah. Gadis yang membiarkan rambutnya tergerai indah itu kini sedang menunggu ojek online pesanannya di sebuah halte tempat menunggu. Dia benar-benar ingin cepat-cepat sampai di rumah dan langsung merebahkan tubuhnya yang terasa remuk ini.

"Ayo pulang bareng gue, Ra." Ajakan seseorang membuat Amara yang mulanya menunduk sambil memejamkan matanya kini mendongak. Ada Malven di sana yang sudah siap di motornya.

"Enggak usah, Ven, gue udah pesan ojek online kok," jawab Amara jujur.

Malven menghela napasnya. Lelaki itu kini turun dari motornya dan beranjak untuk duduk di samping Amara, "Lo lagi ada masalah, Ra?"

Dari tatapan Amara yang kosong saja bisa dipastikan jika anak itu menyimpan banyak beban. Amara yang biasanya menunjukkan sifat bar-barnya kini menjelma menjadi anak yang pendiam. Sangat aneh.

Amara menolehkan kepalanya untuk menghadap laki-laki tampan yang ada di sampingnya itu, "Gue enggak ada apa-apa kok. Santai aja enggak usah khawatir sama gue," jawab Amara sambil menunjukkan senyuman paksanya.

"Kalau ada masalah cerita sama gue, Ra. Gue bakal selalu ada di samping lo. Gue selalu ada buat jadi sandaran lo. Jangan merasa sendiri. Masih ada gue di sini." Malven mengambil tangan Amara dan menggenggamnya erat seakan menyalurkan energinya.

Sontak Amara langsung mendongakkan kepalanya agar air matanya tidak turun. Dia tidak ingin di cap sebagai gadis yang lemah seperti ini. Dia ingin orang-orang melihatnya sebagai sosok yang kuat di luar, padahal mempunyai berbagai kisah menyedihkan di dalamnya. Dia adalah tipe orang yang lebih senang memendam perasaan sakitnya sendiri.

"Gue enggak papa, Malven, oke? Enggak usah kawatir ya. Gue baik-baik aja kok," ujar Amara sambil tersenyum.

Malven hanya bisa menghembuskan napasnya kasar. Dia sudah mengenal Amara sejak lama. Dia sudah paham dengan tabiat temannya itu saat sedang menyimpan masalah. Amara memang kerap menyimpan masalahnya sendiri, "Gue tahu lo lagi enggak baik-baik aja, Ra."

"Gue gapapa." Jawaban andalan perempuan saat sedang ada masalah adalah mengucapkan kata itu. Padahal jelas-jelas sedang ada masalah yang dipendamnya.

"Gimana hubungan lo sama Aksara?" tanya Malven.

Amara tersenyum kecut. Mau menjawab apa juga sudah bingung, "Masih kayak dulu. Bahkan belakangan ini malah makin parah. Udah enggak ada harapan lagi buat gue bisa dapatin dia."

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang