AKSARA 4

7.8K 581 15
                                    

“Aku masih menunggu dan berharap kita disatukan oleh takdir.”

***

Aksara bersama keempat sahabatnya kini sedang duduk di bangku pojok kantin sekolah. Mereka memilih tempat yang bisa dibilang strategis karena dari tempat duduknya ini mereka bisa melihat seluruh murid yang berada di kantin.

Seperti biasanya, jika mereka berlima sudah berkumpul tentu saja akan sangat berisik dan menjadi pusat perhatian seluruh pengunjung kantin. Mereka berlima ini bukan geng anak nakal sekolah, mereka hanya sekumpulan cogan sekolah yang bersahabat. Walupun kadang malas mengikuti tata tertib, namun mereka bisa dibilang termasuk murid cerdas.

Mereka berlima termasuk golongan siswa yang terkenal di SMA Dharmawangsa. Memiliki ketampanan di atas rata-rata dan juga memiliki segudang prestasi entah itu dalam bidang akademik maupun non-akademik, membuat nama mereka semakin terkenal. Memiliki daya tarik tersendiri, membuat mereka banyak ditaksir oleh siswi-siswi di sekolah ini.

"Bini lo dateng tuh," ucap Langit dengan nada kesalnya saat telinganya sudah mulai mendengar suara gelak tawa Amara yang begitu khas.

Aksara menaikkan satu alisnya binggung. Dia lalu membalikan kepalanya menghadap pintu masuk kantin, dan ternyata ada Amara yang sedang tertawa puas datang bersama ketiga sahabatnya.

"Bukan bini gue," ucap Aksara cuek.

"Suatu saat mungkin," jawab Dhirga sambil tertawa.

"Amit-amit."

"Dia emang nggak punya malu gitu ya?" tanya Laskar sambil menggelengkan kepala saat matanya melihat Amara. Suara cempreng Amara menggelar ke seluruh penjuru kantin. Laskar yang mendengarnya hanya bisa mengepalkan tangannya kesal.

"Biarin aja," jawab Aksara cuek. Aksara memang benar-benar tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh gadis bernama Amara itu. Mau dia kayang ataupun salto saja, Aksara sepertinya tidak sudi untuk meliriknya.

"Benar-benar ga punya malu itu cewek," ucap Langit ikut memperhatikan Amara.

Teman-teman Aksara memang bisa dibilang kurang suka, bahkan sangat-sangat tidak suka dengan sosok Amara. Bagi mereka, Amara si gadis tidak tahu malu yang setiap bertemu selalu membuat emosi mereka naik drastis. Bahkan pernah waktu itu Laskar sangat emosi dengan Amara yang setia mengikuti Aksara pergi kemana saja dan berakhir dengan adu bacot antara Laskar melawan Amara.

Amara sendiri tidak peduli dengan sahabat-sahabat Aksara. Fokus dan tujuan utamanya hanya untuk mendapatkan hati Aksara, bukan hati para sahabatnya. Lagian Amara sendiri bisa dibilang juga tidak suka dengan para sahabat Aksara kecuali Dhirga tentunya. Menurut Amara, sahabat Aksara itu orang-orang sombong dan laki-laki banyak bacot semua isinya.

"Biarin aja. Bukan urusan lo juga kan, Lang?" tanya Dhirga pada Langit dengan nada tenangnya. Dari keempat sahabat Aksara, sepertinya hanya Dhirga yang mendukung perjuangan Amara. Kadang dia merasa kasian dengan Amara yang selalu dipermalukan oleh sahabatnya itu.

"Naksir lo sama dia?" tanya Aksara cuek.

Dhirga otomatis langsung menggelengkan kepalanya. "Mana mungkin. Dia aja naksir lo."

"Gue nggak peduli," jawab Aksara kembali meminum air mineral di tangannya hingga tandas.

Kondisi kantin saat ini bisa terbilang cukup ramai karena ini sudah memasuki jam istirahat. Sepertinya semua bangku sudah terisi semua. Amara celingukan mencari bangku yang kosong untuk dia tempati bersama para sahabatnya. Matanya melihat sebuah meja namun hanya terdapat tiga kursi, hal ini berarti ada satu yang tidak mendapatkan tempat duduk.

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang