AKSARA 37

6.9K 499 422
                                    

Hari ini, hari yang akan berisi kebahagiaan dan kesedihan. Kebahagiaan karena hari ini sahabatnya merayakan ulang tahun dan kesedihan karena hari ini juga kedua orang tuanya resmi bercerai. Amara ingin menangis jika mengingat tentang perpisahan orang tuanya, namun itu sama saja perbuatan yang sia-sia. Mau dia menangis sampai meraung-raung, orang tuanya juga akan tetap bercerai.

Amara tidak ingin terus-terusan larut dalam kesedihannya. Dia sudah pasrah dengan garis yang telah ditentukan oleh Tuhan. Tidak ada gunanya jika dia terus menangis karena ini. Hidup harus terus berjalan.

Gadis yang sudah membalut tubuh bagian atasnya dengan seragam khas sekolahnya itu kini sedang sibuk dengan kue tart yang ada di depannya. Amara memang sedikit pandai membuat kue. Tidak begitu pandai juga sebenarnya, dia hanya bisa membuat beberapa kue saja. Dan sekarang, gadis itu sedang membuat kue ulang tahun untuk sahabatnya.

Kue ini Amara buat dengan serius, mengingat ini untuk sahabatnya sendiri. Gadis itu kini sedang menambahkan sedikit hiasan di atasnya. Amara tersenyum saat melihat kue cantik yang kini tersaji di depannya.

Suara ketukan pintu membuat Amara menghentikan aktivitasnya. Gadis yang masih membalut rambutnya dengan handuk itu langsung berlari untuk membukakan pintu. Senyum lebar langsung tercetak jelas di wajahnya kala melihat Aksara berdiri di sana dengan tangan yang dia masukkan di sakunya.

"Pagi," sapa Amara sambil tersenyum.

"Pagi juga," jawab laki-laki itu.

"Masuk dulu sini. Gue belum selesai beres-beres soalnya," ujar Amara sambil membuka pintunya lebar-lebar.

Aksara menganggukkan kepalanya. Laki-laki itu lalu masuk ke rumah Amara dan duduk di bangku. Sedangkan Amara sendiri kini melangkahkan kakinya ke dapur.

"Aksara mau minum apa?" tanya Amara.

"Enggak usah. Gue enggak haus," jawab Aksara. "Lo lagi ngapain kok kayaknya sibuk banget?"

Aksara lalu melangkahkan kaki jenjangnya menuju dapur di rumah Amara. Dia melihat punggung gadis itu membelakangi dirinya. Sedari tadi, laki-laki hanya menyenderkan tubuhnya di tembok dengan mata yang mengawasi gerak-gerik Amara.

"Bikin kue buat Cici, tapi udah selesai kok ini," jawab Amara tanpa menolehkan kepalanya.

"Antusias banget lo, Ra, buat ulang tahun mantan sahabat lo ini," sinis Aksara. Jujur saja, hingga saat ini laki-laki itu masih saja kesal dengan perilaku menyebalkan mantan sahabat Amara itu.

Amara menghela napasnya lalu menatap Aksara, "Masih pagi, jangan mulai ngajak berantem," ucap gadis itu.

"Gue cuma ngomong berdasarkan fakta."

"Iya iya tau."

Amara sudah menyelesaikan kuenya. Gadis itu sudah memasukkan kue tadi ke tempat yang sudah dia sediakan. Senyuman manis kini kembali timbul menghiasi wajahnya.

"Titip sebentar ya, gue mau ke kamar dulu buat sisir rambut sama pakai sepatu," ujar Amara lalu berlalu meninggalkan Aksara yang kini sudah duduk manis di kursi yang berada di dapur. Laki-laki itu memilih untuk memainkan ponselnya sambil menunggu Amara bersiap.

Aksara mengedarkan pandangannya mengamati rumah milik Amara ini. Rumah yang benar-benar terlihat sangat sepi. Sepertinya hanya ada Amara saja yang kini menempati.

"Udah ayo berangkat." Amara turun dari tangga dengan kado di tangannya. Aksara yang melihat gadis itu sudah siap lalu melangkahkan kakinya sambil membawa kue buatan Amara tadi di tangannya.

Mereka berdua kini berjalan keluar dari rumah Amara. Aksara sudah siap dengan helmnya, sedangkan Amara sendiri masih sibuk untuk mengunci pintunya.

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang