AKSARA 9

7.3K 547 8
                                    

“Aku lebih memilih melihatmu dari jauh, daripada melihatmu menjauh.”

———

Amara benar-benar dalam kondisi mood yang tidak baik untuk saat ini. Setelah kejadian di toilet tadi, dia kini menjadi malas untuk berbuat apapun. Bagi dirinya, Nabila dan Icha masuk kedalam kategori meresahkan! Dua teman sekelas Aksara itu dia beri predikat perempuan gatal karena berani dekat-dekat dengan pujaan hatinya.

Amara kini sudah menghabiskan dua gelas es teh. Hatinya terasa sangat panas apalagi didukung dengan pengelihatannya saat ini yang melihat ada Nabila yang bergabung di meja Aksara dan kawan-kawannya.

"Jangan dilihat terus kalau nggak mau sakit hati," ucap Tata yang kini menikmati sotonya sambil memperhatikan Amara yang dari tadi sibuk mengunyah es batu sambil memperhatikan Aksara dari kejauhan.

"Emang udah sakit hati beneran ini gue," jawab Amara jujur. Hatinya terasa semakin panas saja melihat interaksi keduanya. Nabila sialan!

"Samperin aja sana," suruh Diandra kepada sahabatnya itu.

"Yang ada gue bakal diusir duluan."

"Obrak abrik aja mejanya biar pada bubar," saran Tata.

"Ta, tolong dong saran lo nggak mutu sumpah. Yang ada ntar gue disuruh ganti rugi."

"Yah daripada lo diam nggak ngelakuin apapun kayak gini," jawab Tata.

Amara menaruh kepalanya di meja. Hati panas, kepala pusing. Hari ini benar-benar sangat melelahkan. Tubuhnya bisa dibilang dalam kondisi yang tidak fit untuk saat ini. Hal ini membuat dirinya seperti menjaga jarak dulu dengan Aksara. Dia lebih memilih untuk memperhatikan Aksara dari jauh saja.

"Lo sakit Ra?" tanya Cici saat melihat bibir Amara yang terlihat kering.

"Iya sakit. Sakit hati lebih tepatnya."

"Perlu gue labrakin nggak nih?" tanya Diandra menawarkan. Soal labrak-melabrak, kekuatan Diandra memang tidak perlu diragukan lagi.

"Nggak usah. Males gue. Pengen bolos aja rasanya. Dari tadi dibikin sakit hati mulu."

"Jangan lemah gini dong, Ra. Katanya mau dapetin Aksara. Masa baru lihat Nabila duduk bareng aja langsung kayak nggak punya semangat hidup gitu."

Benar juga ucapan Tata. Ah tapi mau bagaimana lagi, Amara saat ini sedang malas untuk melancarkan aksinya itu. Ingin rasanya menghampiri meja Aksara lalu melayangkan tamparan keras ke pipi mulus Nabila, tapi pikiran itu dia pendam saja karena sedang malas ribut.

"Gue cabut ke kelas duluan ya. Yang ada makin sakit hati kalau gue terus di sini. Gue mau tidur," pamit Amara kepada sahabatnya itu. Dia kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan area kantin.

Tindakan Amara tadi tidak luput dari pandangan Dhirga. Dhirga yang merupakan kapten hubungan antara Aksara dan Amara itu, langsung mengerutkan keningnya binggung apalagi melihat Amara yang sudah melangkahkan kakinya meninggalkan kantin.

Sepertinya Dhirga tau jika alasan Amara tidak mau berlama-lama di kantin karena sudah muak dengan Nabila yang saat ini posisinya duduk di sebelah Aksara dan tepat di depannya. Bukan hanya Amara saja yang malas, melainkan dirinya juga muak.

"Tumben si kutil nggak kesini," ucap Laskar dengan nada herannya.

"Kutil? Siapa?" tanya Nabila binggung. Ini memang baru pertama kalinya Nabila ikut bergabung dalam geng Aksara dan sahabatnya. Ini saja tadi karena dia merengek kepada Gibran agar diizinkan untuk bergabung.

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang