AKSARA 38

8.2K 530 79
                                    

Amara memilih untuk bolos sekolah untuk hari ini. Setelah mengetahui bahwa sahabatnya sendiri yang menjadi dalang di balik semua ini, gadis itu benar-benar merasa terpukul. Dan yang paling membuat dirinya terpukul adalah alasan Cici melakukan ini tak lain dan tak lain bukan adalah karena Aksara.

Amara kini merasa bahwa dia benar-benar sahabat yang jahat karena sudah merebut kebahagiaan sahabatnya sendiri. Jika tau Cici menyimpan hati kepada Aksara, tentu sudah sejak lama Amara tidak akan mengejar laki-laki itu. Dan sekarang, saat Aksara sudah mulai jatuh ke pelukannya, justru fakta baru yang tak terduga kini terkuak.

Selama ini, Cici benar-benar terlihat mendukung perjuangannya untuk mendapatkan Aksara. Amara pikir, Cici benar-benar tidak ada perasaan apapun kepada Aksara. Namun, ternyata semua ini salah.

"Amara."

Gadis itu menghentikan langkahnya kala merasa ada seseorang yang mencekal tangannya. Aksara kini menatapnya dalam. Keringat mengalir di pelipis laki-laki itu pertanda bahwa dia baru saja berlari.

Amara menatap wajah laki-laki yang ada di depannya ini. Gadis itu dengan segera melepaskan cekalan tangan Aksara di lengannya. Amara bersiap untuk berlari, namun pergerakannya kalah dengan Aksara yang kini sudah terlebih dahulu menarik tubuhnya ke pelukan laki-laki itu.

"Aksara! Lepasin gue!" Amara meronta.

"Enggak bakal gue lepasin!"

"Gue mohon Aksara."

"Kenapa lo mau jauhin gue, Ra?" tanya Aksara berbisik.

"Karena kita enggak bakal bisa bersama!"

"Kasih gue alasan kenapa kita enggak bakal bisa bersama," pinta laki-laki itu.

"Cici suka sama lo! Gue enggak boleh egois. Gue harus lepasin lo buat dia!" teriak Amara yang kini masih berada di pelukan Aksara.

"Tapi sampai kapanpun gue enggak bakal suka sama mantan sahabat lo itu, Ra!"

"Itu urusan lo, Aksara! Yang paling penting gue udah lepasin lo buat dia. Gue enggak mau rebut kebahagiaan sahabat gue, udah gitu aja. Gue mohon, Aksara, lepasin gue. Kita enggak bakal bisa bersama."

Aksara mengendurkan pelukannya. Laki-laki itu kini menggerakkan tangannya untuk menangkup wajah Amara agar mau menatapnya.

"Lo terlalu baik kalau mau ngalah sama cewek kayak dia, Ra," ujar Aksara sambil menatap wajah gadis yang ada di depannya itu.

"Gue harus ngalah Aksara! Gue harus lakuin itu! Cici sahabat gue, gue bahagia kalau lihat sahabat gue juga bahagia."

Aksara menggelengkan kepalanya pelan, "Di mulut emang lo ngomong kalau lo bahagia, tapi coba tanya hati lo, Ra."

"Aksara, gue mohon jangan tahan gue. Gue harus lepasin lo. Gue tau, ini berat banget buat gue. Tapi gue harus lakuin ini Aksara. Lo mau lihat gue bahagia, kan? Jadian sama Cici ya Aksara," pinta Amara.

Aksara menatap Amara dengan wajah tidak percayanya, "Lo minta gue jadian sama cewek modelan kayak gitu? Gila lo?"

"Kalau lo enggak mau jadian sama Cici, setidaknya lo jangan taruh dendam lo sama dia, ya. Dia sayang sama lo, Aksara. Bahkan mungkin rasa sayangnya lebih dari rasa sayang gue buat lo."

"Tapi gue enggak suka sama dia, Amara, lo ngerti enggak sih?" tanya Aksara kesal.

"Gue ngerti! Gue paham! Maafin gue, Aksara."

Selepas mengucapkan kata itu, Amara berlari menjauhi Aksara. Air matanya kini turun membasahi pipinya. Hatinya sakit sekali saat mengucapkan kata-kata itu. Dia harus belajar melepaskan.

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang