18

1K 212 149
                                    

Akhirnya setelah empat puluh delapan jam penuh berjuang dengan puluhan rekaman cctv. Jeongin dan tim berhasil menemukan beberapa potret bukti yang memperlihatkan Jisung tengah di ikuti oleh seseorang.

Meskipun mereka masih belum bisa mengindetifikasikan siapakah gerangan orang tersebut. Akibat penyamaran yang orang itu gunakan. Tapi setidaknya dengan bukti tersebut mereka dapat mengambil sebuah tindakan baru tentang apa yang harus mereka lakukan.

Tidak hanya berpangku tangan menunggu seseorang menghubungi pihak kepolisian. Berdasarkan selebaran pengumuman orang hilang atau situs website yang mungkin masyarakat lihat.

Changbin yang mendengar kabar tersebut langsung dari Jeongin pun segera menghubungi Chan. Ingin segera bertemu dan berbagi kabar. Changbin juga berniat untuk menginap di kediaman sang kakak.

Kamar Jisung

Adalah tujuan utamanya. Ada yang harus Changbin pastikan. Ia juga berniat untuk kembali mencari beberapa hal yang mungkin bisa dijadikan sebagai petunjuk yang mungkin waktu itu terlewat dari perhatiannya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sambungan telfon terputus setelah Chan selesai mendengar Changbin mengatakan bahwa ia akan menyusulnya di kafe yang saat ini tengah ia kunjungi.

Setelah sebelumnya mengajak Chan untuk pulang bersama. Terdengar cukup aneh sebenarnya. Tapi berhubung hari ini ia sedang tidak membawa mobilnya akibat sedang diperbaiki. Maka dengan senang hati Chan mengiyakan ajakan Changbin tersebut.

Dan jika menganilisis dari nada suaranya, Chan dapat menyimpulkan bahwa Changbin saat ini tengah dalam suasana hati yang sangat baik. Dan lagi hal ini terasa cukup aneh. Pasalnya sekarang waktu sudah menunjukkan pukul enam sore.

Yang artinya Changbin baru saja selesai bekerja. Setelah hampir seharian menjalankan tugasnya sebagai anggota kepolisian di Divisi Urusan Pidana. Changbin dengan suasana hati baik sepulang kerja? Adalah suatu hal yang benar-benar mustahil.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Setelah menerima satu pesan masuk dari Changbin yang mengungkapkan bahwa ia akan tiba sekitar tujuh menit lagi. Chan nampak menyesap habis segelas latte yang telah ia pesan, sebelum akhirnya beranjak menuju ke arah kasir untuk memesan sebuah minuman untuk Changbin.

“Sepertinya seseorang melupakan gitarnya kemarin” Jelas sang kasir menyadari atensi Chan yang tertuju pada sebuah tas gitar yang diletakkan di sekitar meja pantry kafe. Tepat setelah Chan menyebutkan pesanannya.

Memang terlihat cukup aneh dan terkesan merusak ke indahan kafe. Jadi hal yang wajar jika para pengunjung memperhatikan tas gitar tersebut.

Ah,,

Gumam Chan sembari menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Memang hal yang biasa terjadi di tempat-tempat umum seperti ini. Seharusnya itulah yang Chan rasakan. Mewajarkan dan mengabaikan. Tapi entah kenapa tas gitar tersebut benar-benar menarik perhatiannya.

Seperti ia pernah melihat tas tersebut sebelumnya. Terasa begitu tidak asing baginya. Khususnya pada bagian gantungan kunci yang terpasang pada bagian *slider ritsleting. Terlihat seperti sebuah gantungan kunci dengan boneka tupai kecil.

Seperti...

Belum selesai, Chan mengingat tentang tas gitar yang mengganggu pikirannya tersebut. Suara deringan ponsel yang ternyata merupakan panggilan dari Changbin telah berhasil membuyarkan semua pikirannya.

“YA! CEPATLAH KELUAR! JANGAN MEMBUATKU MENUNGGU!”

***

KETERANGAN:
*Slider merupakan alat yang dapat digerakkan ke atas dan ke bawah pada bagian ritsleting.

ANOTHER DAY ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang