9

1.5K 266 107
                                    

Dengan langkah pelan, Jeongin berjalan keluar dari area sekolah. Tempat dimana Jisung menimba ilmu formalnya. Ia baru saja selesai, mewawancari teman kelas Jisung, beberapa guru serta karyawan sekolah.

Untuk mendapatkan beberapa informasi, yang sekiranya dapat membantu ia dan tim menemukan keberadaan Jisung.

Tapi entah, sekarang Jeongin harus merasa senang atau tetap biasa saja. Karena sepertinya, ia mulai menemukan sedikit petunjuk. Sangat sedikit, sampai ia saja ragu untuk menyebutnya sebagai petunjuk.

Bisa dibilang, jejak Jisung terlalu bersih.

Pertama, mereka tidak memiliki smartphone, kartu bis, kartu tanda pengenal maupun sekedar buku catatan atau buku harian milik Jisung. Yang sudah pasti dapat memberikan mereka petunjuk yang lebih baik.

Semua benda-benda penting tersebut, ada pada Jisung. Yang secara singkatnya, mereka juga ikut menghilang.

Kedua, kepribadian Jisung di sekolah tidak jauh berbeda dengan para pelajar seperti pada umumnya. Jisung tidak mengalami penindasan di sekolahnya. Bahkan ia tergolong siswa yang cukup aktif dan memiliki banyak teman. Dan semua ini, sungguh diluar dugaan Jeongin.

Ia benar-benar tidak menyangka, akhirnya akan dibuat kebingungan seperti ini.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

“Jisung? Ah... Tidak mungkin dia memiliki musuh. Meskipun dia tidak sepintar anak-anak di kelas unggulan. Tapi sifatnya jauh lebih baik dari pada mereka”

“Dia teman yang baik dan memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Tanpa Jisung, mana mungkin sebagian dari kami bisa lulus ujian”

“Saudara? Entahlah. Dia tidak pernah membahas keluarganya. Bukankah dia anak tunggal? Dengan kedua orang tua yang selalu sibuk bekerja”

Jelas Yoonbin sebagai salah satu teman kelas Jisung di sekolah. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh Jeongin sebagai petugas kepolisian.

Dimana saat ini, Yoonbin adalah siswa terakhir yang harus Jeongin wawancarai. Dengan harapan, ia akan mendapatkan informasi penting yang dapat dijadikan petunjuk penyelidikan.

“Lalu apakah belakangan ini, kamu pernah melihat Jisung terlihat seperti tidak biasanya? Mungkin ada hal aneh atau mencurigakan” ujar Jeongin kembali melontarlan sebuah pertanyaan.

“Hal yang aneh? Sepertinya tidak ada. Meskipun terkadang ia suka mencari masalah dengan guru-guru. Tapi sepertinya tidak separah itu. Ah,, Apakah ada kemungkinan guru-guru itu menculiknya?”

“YA!” Tegur Jeongin cepat dan tegas membuat nyali Yoonbin menciut seketika.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

“Jadi, masalah seperti apa yang kamu maksud?”

Meskipun tidak setuju dengan ucapan Yoonbin sebelumnya. Tapi tetap saja Jeongin penasaran.

Euhm... Seperti tidur dikelas atau bolos pembelajaran. Bukankah itu sama artinya mencari masalah dengan guru?”

Mendengar jawaban Yoonbin, seketika membuat Jeongin menyesal karena sudah penasaran. Jika semua teman kelas Jisung sejenis Yoonbin. Maka sudah dipastikan, ia akan menua jauh lebih cepat.

“Tapi apakah Jisung benar-benar menghilang?” tanya Yoonbin memberanikan diri untuk bertanya.

“Kenapa? Kamu khawatir karena tidak akan mendapat contekan lagi?”

Euhm! Itu salah satunya” Jawab Yoonbin cepat tanpa perlu berpikir dua kali. “Tapi tentu saja tidak seperti itu” Lanjutnya sebelum detektif Jeongin yang penuh rasa penasaran, menilainya sebagai siswa yang buruk.

“Hanya saja, kelas akan terasa jauh lebih sepi tanpanya. Jisung akan baik-baik saja, ‘kan?”

Sebuah pertanyaan yang belakangan ini selalu berhasil membuat Jeongin seketika terdiam, kembali ia terima. Bahkan jawaban template yang seharusnya mudah diucapkan, sekarang mulai terasa sulit untuk terucap.

“Kami membutuhkan bantuan kalian untuk bisa memastikan Jisung baik-baik saja”

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Dengan ragu, Yoonbin beranjak dari posisi duduknya. Setelah detektif Jeongin selesai mewawancarainya. Dan mengizinkannya untuk kembali ke kelas.

Tangannya nampak terulur untuk memutar kenop pintu ruang kelas. Yang beberapa jam ini, digunakan oleh detektif Jeongin untuk mewawancari teman kelas Jisung, beberapa guru serta karyawan sekolah.

Namun, bukannya segera memutar kenop pintu dan bergegas keluar. Yoonbin justru kembali berbalik badan dan memutuskan untuk memberitahu detektif Jeongin sebuah nama yang terus mengganggu pikirannya.

“Hyunjin. Mungkin paman detektif bisa mendapatkan jawaban yang lebih baik darinya”

“Hyunjin?” Ulang Jeongin dengan kening yang terlihat sedikit berkerut. Tanda bahwa ia tidak mengerti.

“Paman tidak akan menemukan namanya di absen kelas kami. Dia anak kelas unggulan” Jawab Yoonbin cepat saat ia melihat Jeongin yang tengah membaca ulang absen kelas.

“Yang aku tahu, mereka sudah berteman sejak sekolah menengah pertama. Bahkan sejak semester kemarin, Hyunjin pindah menjadi anak kelas unggulan. Mereka tetap berteman baik”

Jelas Yoonbin dengan sukarela tanpa menunggu detektif Jeongin mengajukan pertanyaan terlebih dahulu.

“Tapi, sepertinya beberapa bulan belakangan ini, hubungan mereka tidak sebaik itu. Entahlah. Anak kelas unggulan memang selalu susah dimengerti”

###

ANOTHER DAY ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang