.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sesuai waktu janji bertemu, Chan dan Jeongin akhirnya tiba disebuah kafe yang terletak tidak jauh dari tempat Seungmin mengikuti kelas tambahan. Mungkin ada sekitar tiga puluh menit mereka berdua habiskan hanya dengan duduk menunggu kedatangan Seungmin.
Bahkan suasana yang awalnya canggung berubah menjadi lebih hangat. Karena selama menunggu, baik Jeongin maupun Chan terus mencoba untuk mencari bahan obrolan. Sebagai bentuk upaya mereka mengusir rasa bosan dan juga kesal. Ingin kesal tapi disini mereka yang butuh.
Syukurnya sebelum waktu menunjukkan pukul enam tepat, sosok yang mereka tunggu akhirnya menampakkan diri. Masuk ke dalam kafe dengan sedikit tergesa dan segera berjalan ke arah meja mereka. Setelah Jeongin memberikan tanda dengan sebuah lambaian tangan.
“Maaf, saya datang terlambat. Hari ini pelajarannya terlalu susah jadi saya membutuhkan waktu lebih banyak untuk memahaminya” Jelas Sengmin merasa bersalah dan mencoba untuk menjelaskan penyebab dari keterlambatannya.
Karena bagaimanapun juga orang yang ada di hadapannya saat ini adalah orang-orang yang memiliki jabatan. Dan ia, seorang anak laki-laki biasa baru saja membuat mereka duduk menunggu sekitar setengah jam.
Cukup keren.
“Ah, tidak apa-apa. Kami mengerti. Justru kamilah yang harus meminta maaf karena sudah mengganggu waktu kamu belajar. Dan terimakasih karena sudah bersedia menemui kami”
Ucap Jeongin bersungguh-sungguh meskipun tadi ia merasa sedikit kesal. Sedangkan, Chan hanya terdiam dan memberikan sebuah senyuman maklum.
Ah,, anak laki-laki yang tadi.
Batin Chan ketika menyadari bahwa anak laki-laki yang duduk di hadapannya saat ini adalah anak laki-laki yang sama, dengan anak laki-laki yang sebelumnya berhasil menarik perhatiannya ketika ia berada si Soul Sop Cafe.
Menarik.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dibanding rasa terkejutnya ketika mengetahui fakta bahwa pengacara Chan, yang saat ini tengah duduk tepat di hadapannya ternyata adalah ayah dari Jisung. Seungmin lebih terkejut lagi ketika mendengar kabar bahwa Jisung menghilang.
Untuk sepersekian menit, Seungmin merasa jiwanya menghilang. Tidak tahu harus bereaksi seperti apa dan bagaimana. Kabar ini terlalu tiba-tiba dan sungguh di luar nalar.
Jisung? Menghilang?
Bagaimana bisa?
Bahkan sudah satu minggu?
Siapapun tolong katakan pada Seungmin bahwa ini hanyalah sebuah omong kosong.
Enggak mungkin.
Bercanda ini orang. Ini semua pasti bohong, kan?!
Bukannya mendapatkan kalimat yang ia inginkan. Seungmin justru mendengar untaian kalimat permintaan maaf serta permohonan agar ia bersedia bekerja sama dengan pihak kepolisian.
Untuk menceritakan apapun yang mungkin Seungmin ketahui tentang Jisung, khususnya di sekitaran empat bulan belakangan ini. Karena bisa jadi apa yang ia ketahui itu merupakan suatu petunjuk penting yang dapat mempermudah dan mempercepat penyelidikan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
“Apa yang bapak katakan itu benar. Gitar itu bukan milik saya. Tapi milik Jisung” Jelas Seungmin setelah ia mendengar penuturan Chan tentang tas gitar yang ia lihat di kafe tempo hari. Yang merupakan awal dari perjumpaan mereka hari ini.
Mungkin jika Chan tetap bertahan sedikit lebih lama lagi, malam itu juga mereka akan bertemu di sana.
“Kami memang biasa melakukan hal ini” Lanjut Seungmin memahami raut bingung yang terlihat jelas pada wajah Chan maupun Jeongin.
Dan tanpa perlu diminta, Seungmin akan dengan sukarela menjelaskannya lebih dahulu.
“Mungkin ini bermula sekitar satu atau dua tahun yang lalu. Ketika saya tiba-tiba saja mulai tertarik untuk belajar bermain gitar. Dan kami mulai menjalin hubungan pertemanan yang bersifat saling menguntungkan”
Seungmin nampak tersenyum ketika mengucapkan kalimat terakhirnya. Mengingat kembali saat dimana Jisung yang pertama kali mencetuskan ide tersebut.
“Bukan hal yang istimewa. Hanya sebuah kesepakatan sederhana”
“Dimana, Jisung akan meminjamkan sekaligus mengajari saya cara bermain gitar. Dan sebagai gantinya, saya akan mengajari Jisung beberapa teknik fotografi sekaligus meminjankan kamera saya kepadanya”
“Jadi ketika saya membawa gitar miliknya. Maka kamera saya akan ada di tangan Jisung” Ucap Seungmin mengakhiri penjelasannya dengan harapan dua orang yang ada dihadapannya tersebut akan mengerti.
“Kamera?”
Sebuah anggukan kepala Chan dapatkan sebagai jawaban. Menjelaskan padanya bahwa ia tidak salah mendengar.
Tapi meskipun begitu, hal itu tetap mengganggunya. Seingatnya Jisung tidak menyukai bidang fotografi. Jisung dan kamera bukanlah perpaduan yang masuk akal.
“Dan karena gitarnya ada padamu. Itu artinya kameranya ada di Jisung?” tanya Chan kembali mencoba untuk mengkonfirmasi.
“Iya. Mungkin sudah satu bulan lamanya kamera tersebut ada di tangan Jisung”
***

KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER DAY ~
FanfictionKetika hari esok tak lagi terasa sama. Barulah ia sadar bahwa- "There is always that ONE MISTAKE that changes EVERYTHING" HAN JISUNG x 3RACHA x STRAY KIDS