July 05th, 2014
Dengan ditemani sepasang earphone berwarna putih yang terpasang dikedua sisi telinganya. Seungmin berjalan menaiki anak tangga satu persatu. Sesekali ia juga terdengar bersenandung mengikuti irama lagu yang tengah ia dengar.
Membuat pemuda yang masih mengenakan seragam sekolah tersebut tetap riang meskipun telah menaiki puluhan anak tangga. Demi mencapai tujuan utamanya yakni menuju ke lantai paling atas gedung. Yang juga merupakan tempat dimana ia mengambil kelas tambahan.
Satu-satunya akses untuk menuju tempat tersebut memanglah dengan menaiki anak tangga. Hal ini dikarenakan pihak pemilik gedung yang tidak menyediakan fasilitas lift untuk menuju lantai tertinggi gedung tersebut.
Mungkin memang sengaja agar tidak disalah gunakan oleh anak-anak yang berniat kabur dari kelas. Walaupun kenyataannya tetap saja, selalu ada dari mereka yang berhasil mengakses tempat tersebut. Menerapkan salah satu pribahasa yang mengungkapkan bahwa dimana ada kamauan disitu pasti ada jalan.
Seungmin bukanlah golongan dari mereka yang sering ke atap untuk bolos kelas atau sekedar untuk menikmati beberapa batang rokok. Ia hanya datang sesekali ketika ia merasa suntuk dari aktifitas belajar. Sekedar untuk menikmati warna jingga dari senja.
Untuk ukuran kota metropolitan, melihat matahari terbenam dari atas gedung adalah salah satu alternatif yang cukup efisien. Dibandingkan harus pergi ke pantai, menempuh jarak yang cukup jauh dan pasti memakan banyak waktu. Apalagi untuk seseorang dengan status pelajar sekolah menengah pertama seperti Seungmin.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Setelah berhasil mencapai anak tangga terakhir, Seungmin menghentikan langkah kakinya. Ia nampak menetralkan deru napasnya terlebih dahulu sebelum akhirnya menarik engsel pintu yang ada di hadapannya. Dan kemudian tanpa ragu berjalan masuk ke dalam area atap gedung tersebut.
Seungmin yakin bahwa tidak akan ada orang lain di atap selain dirinya. Karena selain waktu yang sudah menunjukkan pukul lima sore lebih, hari ini adalah hari Sabtu.
Kebanyakan dari mereka pasti lebih memilih untuk segera pulang. Menghabiskan waktu akhir pekan lebih banyak bersama keluarga.
Atau mungkin tidak semua anak seperti itu. Karena setelah menginjakkan kakinya di lantai atap gedung, Seungmin langsung dibuat terkejut akibat keberadaan orang lain yang ternyata sudah lebih dahulu tiba di sana.
Seorang pemuda yang juga sama sepertinya, masih mengenakan seragam sekolah. Terlihat tengah berdiri di pinggir tiang pembatas sehingga membelakangi dirinya. Sepertinya pemuda tersebut masih belum sadar bahwa saat ini ia tidak lagi seorang diri.
Dan jika Seungmin perhatikan sepertinya mereka dalam rentang usia yang tidak jauh berbeda. Terlihat dari seragam sekolah yang pemuda tersebut kenakan.
Mereka tidak satu sekolah tapi Seungmin sangat familiar dengan seragam sekolahnya. Pasti salah satu siswa yang bersekolah di sekolah elite yang terletak di pusat kota.
Meskipun merasa ragu atas pilihannya. Seungmin tetap membiarkan dirinya melangkah maju, mendekati pemuda tersebut.
Melihat sepasang sepatu yang sepertinya memang sengaja dilepas oleh sang pemilik. Dan kemudian meletakkan benda tersebut tepat disampingnya. Membuat Seungmin merasa bahwa ada yang tidak beres dengan pemuda tersebut.
Tidak bermaksud mewajarkan. Tapi jika melihat fakta bahwa pemuda tersebut bersekolah di sekolah elite.
Maka kemungkinan alasan keberadaan pemuda tersebut berada di atap pada waktu seperti ini adalah untuk mengakhiri hidupnya. Hal itu adalah suatu hal yang mungkin dan terdengar cukup masuk akal.
Meskipun terdengar begitu miris tapi kejadian seorang pelajar yang lebih memilih untuk mengakhiri hidup bukanlah suatu hal yang baru di kotanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
“Ya! Bisakah kamu melakukannya di tempat lain?!” ucap Seungmin akhirnya memberanikan diri untuk menarik perhatian pemuda yang saat ini berada tiga langkah di depannya.
“Aku tidak bermaksud untuk ikut campur dalam urusanmu. Tapi jika kamu melakukannya di tempat ini, maka kamu akan membuat tempat ini dipandang buruk dan itu merugikan banyak orang”
Seungmin tidak tahu apakah kalimatnya itu pantas untuk diutarakan pada situasi seperti ini. Karena sejujurnya ini adalah kali pertama untuknya.
Dan tentu saja Seungmin sama sekali tidak bermaksud untuk memancing pemuda tersebut agar benar-benar mewujudkan niatnya itu.
Ia hanya mengucapkan apa yang saat ini terlintas dibenaknya, mencoba untuk mengulur waktu sebanyak dan selama mungkin. Dan kemudian berharap pemuda tersebut segera berubah pikiran.
“Aku pernah mendengar bahwa melepas sepatu seperti apa yang kamu lakukan saat ini adalah pesan untuk meminta orang lain agar memperhatikan kematianmu” lanjut Seungmin.
Masih mencoba manarik perhatian pemuda tersebut. Yang masih tetap mempertahan posisi awalnya. Berdiri membelakangi Seungmin.
“Jika kamu ingin melakukan hal bodoh seperti itu, lakukanlah seorang diri. Tanpa melibatkan orang lain, tanpa merepotkan apalagi merugikan orang lain"
"Dan tentu saja hal itu mustahil. Oleh karena itu, urungkan saja niat bodohmu itu”
***
![](https://img.wattpad.com/cover/235401410-288-k999299.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER DAY ~
FanfictionKetika hari esok tak lagi terasa sama. Barulah ia sadar bahwa- "There is always that ONE MISTAKE that changes EVERYTHING" HAN JISUNG x 3RACHA x STRAY KIDS