28

835 170 106
                                    

Sesuai dengan arahan dan perintah langsung dari Ketua Tim Divisi Urusan Pidana, hari ini tepat jam sembilan pagi semua anggota berkumpul di ruang rapat. Tujuannya adalah untuk membahas perihal kejadian kemarin malam, tentang ditemukannya kembali sebuah mayat.

Changbin selaku anggota yang dipercaya untuk memimpin jalannya rapat terlihat sudah siap berdiri di hadapan ketiga anggota lainnya, lengkap dengan sebuah tablet di genggamannya.

Kemudian seorang laki-laki paruh baya yang dikenal sebagai Ketua Tim Divisi Urusan Pidana akhirnya masuk ke dalam ruang rapat. Lalu ia segera duduk di kursi yang telah disediakan dan kemudian terlihat menganggukkan kepalanya. Memberikan isyarat kepada Changbin untuk segera memulai rapat.

Dan tidak perlu waktu lama bagi Changbin untuk memahami isyarat tersebut. Sehingga membuatnya segera menampilkan profil korban di layar yang otomatis membuat atensi semua orang tertuju pada layar dan berfokus pada apa yang akan ia ucapkan.

“Sesuai dengan data yang telah didapatkan, diketahui korban bernama Kim Woojin, seorang pelajar kelas dua belas” ucap Changbin mulai menjelaskan.

“Dan dari pernyataan keluarga korban, diketahui korban telah menghilang kurang lebih delapan hari. Hal itu sesuai dengan perkiraan kematian korban”

Setelah mengucapkan hal tersebut Changbin nampak terdiam, sengaja memberikan waktu kepada rekan anggotanya yang lain untuk membaca dengan cermat riwayat korban. Dan setelah dirasa cukup barulah Changbin mengganti tampilan layar menjadi potret tempat kejadian perkara.

“Kemudian berdasarkan analisis dan pernyataan dari pihak forensik, diketahui kematian korban akibat dari keracunan serta kehabisan napas karena tercekik” Changbin nampak menarik napas sebelum kembali melanjutkan ucapannya.

“Dan berdasarkan analisis tersebut, kami menduga kematian korban sama dengan cara kematian kedelapan korban dari kasus pembunuhan berantai yang sampai saat ini belum dapat terselesaikan-"

"-korban kesembilan.”

Suasana ruang rapat seketika menjadi lebih hening dan mencekam setelah ucapan Changbin tersebut. Tidak ada satupun dari mereka yang berani untuk bersuara. Perasaan kesal, geram, marah, sedih, dan juga bersalah menjadi satu.

Sampai akhirnya sang Ketua Tim lah yang bersuara dan membuat suasana menjadi lebih buruk lagi.

“Lalu bagaimana dengan sepatu yang ditemukan di sekitar TKP?” tanya Ketua Tim memecah keheningan yang juga kembali membuat semua mata tertuju kepada Changbin. Namun dengan makna tatapan yang berbeda.

“Kalian tidak memeriksanya?” ulang Ketua Tim karena tidak mendapatkan jawaban apapun.

“Kami sudah mencoba memeriksanya” jawab Changbin akhirnya. Terlihat enggan untuk menatap balik ke arah sang lawan bicara, “sepatu itu milik seorang pelajar bernama Jisung”

“Hanya itu?” ucap Ketua Tim merasa tidak puas dengan penjelasan yang diberikan oleh Changbin.

“Maaf tapi sejauh ini kami belum mengetahui apakah korban memiliki suatu hubungan atau mungkin pernah saling berkomunikasi sebelumnya, karena diketahui pada hari yang sama Jisung dilaporkan menghilang”

Kali ini bukan Changbin yang menjawab melainkan Wonpil. Paham bahwa hal itu masih sangat sensitif bagi Changbin, selaku paman Jisung.

Tentu saja, hampir satu minggu sang keponakan menghilang. Dan sejauh ini kasusnya hanya sebatas menjadi tanggung jawab Divisi Orang Hilang. Dengan asumsi sang keponakan hanya sekedar kabur dari rumah, seperti kebanyakan kejadian pada remaja seusianya.

Lalu entah bagaimana hanya dalam waktu satu malam, tanpa pernah siapapun sangka bahkan bagi Changbin sekalipun. Pagi ini kasus menghilangnya Jisung tidak lagi ditangani oleh Divisi Orang Hilang, melainkan beralih ke tangan Divisi Urusan Pidana.

Terseret ke dalam sebuah kasus yang tidak bisa dikatakan sederhana. Sebuah kasus pembunuhan berantai yang hampir satu tahun belakangan ini terus menghantui pihak kepolisian, khususnya untuk Tim Divisi Urusan Pidana karena sampai detik ini belum dapat mereka selesaikan.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

“Sungguh hanya ini yang kalian miliki?!” kesal Ketua Tim masih tidak puas dengan apa yang para anggotanya itu laporkan. Sama sekali tidak ada informasi yang berarti. Sungguh tidak berguna.

Para anggota yang mendengar ketidak puasan itu sontak dibuat menundukkan kepala, merasa menyesal sekaligus takut. Sedangkan Wonpil sendiri kembali melirik ke arah Changbin, menanti tindakan apa yang akan rekannya itu lakukan.

Changbin yang paham bahwa dirinya tidak akan sanggup untuk melanjutkan menjelaskan akhirnya memilih untuk berjalan duduk kembali ke kursinya. Dan membiarkan Wonpil menggantikannya.

Wonpil yang paham akan bagaimana perasaan Changbin saat ini kemudian terlihat menepuk pelan pundak sang sahabat, sebelum akhirnya berjalan ke depan dan mulai melanjutkan penjelasan yang belum Changbin sampaikan.

“Seperti yang dapat kita lihat pada layar dan sesuai pernyataan dari pihak forensik, kematian korban diduga akibat kehabisan napas karena tercekik” jelas Wonpil sembari mengganti tampilan layar menjadi foto korban dengan sengaja memperbesar tampilan pada bagian leher.

Sehingga membuat mereka dapat melihat dengan jelas leher korban yang tercekik dengan sebuah dasi seragam sekolah yang diduga merupakan milik korban itu sendiri.

“Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kami menduga bahwa korban memberikan perlawanan dan mencoba untuk melepaskan cekikan dari dasi tersebut. Dugaan tersebut diperkuat karena ditemukannya bukti lecet di sekitaran leher korban dan juga bukti DNA dari kuku korban”

Wonpil kemudian nampak terdiam dan melirik ke arah Changbin. Terlihat ragu untuk melanjutkan ucapannya. Namun melihat Changbin menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia baik-baik saja membuat Wonpil akhirnya kembali bersuara.

“Tapi bukan hanya menemukan DNA korban, kami juga menemukan DNA orang lain di sana. Dan setelah diselidiki, DNA tersebut adalah milik Jisung” lirih Wonpil di akhir kalimatnya. Mencoba sepelan mungkin menyebutkan nama keponakan dari detektif Changbin tersebut.

Meskipun tentu saja hal itu percuma, karena suaranya masih dapat di dengar bahkan Ketua Tim nampak membeku di tempat setelahnya. Mungkin tidak menyangka bahwa keponakan dari detektif Changbin itu akan terlibat sampai sejauh ini.

“Maka dari itu kami menduga bahwa sebelum kehilangan nyawanya korban, alias Woojin kemungkinan terlibat perkelahian dengan Jisung”

###

ANOTHER DAY ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang