27

1.2K 208 253
                                    

Sembari berjalan layaknya seorang zombie, Jeongin melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan tempat divisinya bekerja, Divisi Orang Hilang. Sesekali ia nampak membalas sapaan selamat pagi yang dilontarkan oleh rekan kerjanya yang terlihat tidak jauh berbeda denganya.

Bahkan mereka sudah mulai berkutat dengan berbagai berkas serta komputer yang ada di hadapan mereka. Entahlah belakangan ini kasus orang hilang begitu meningkat di kotanya. Membuat divisinya dilanda kesibukan yang tiada henti.

Setelah sampai di meja kerjanya, Jeongin nampak menghela napasnya terlebih dahulu sebelum akhirnya mendudukkan diri pada kursi miliknya. Bersiap untuk kembali bertempur dengan puluhan berkas yang sudah menumpuk di atas mejanya. Bekerja sebagai seorang pegawai negeri memang tidaklah mudah.

“Jika kamu datang hanya untuk bergosip ria maka pergilah. Aku sedang tidak minat” peringat Jeongin ketika salah satu rekan kerjanya, yang biasa dikenal dengan nama Yuna berjalan ke arahnya.

Bahkan Yuna belum mengucapkan satu kata tapi Jeongin sudah lebih dahulu tahu akan tujuan wanita tersebut mendekatinya.

Bekerja bersama di dalam satu divisi lebih dari tiga tahun sudah cukup membuat Jeongin mengenal kebiasaan Yuna yang terkenal dengan sifatnya yang suka bergosip.

“Kamu sudah mendengar beritanya?” tanya Yuna yang tentu saja mengabaikan apa yang Jeongin ucapkan sebelumnya.

Ditariknya sebuah kursi dan diletakkan di samping Jeongin yang masih memusatkan atensinya pada layar komputer. Sama sekali tidak berminat untuk mengalihkan atensinya.

“Sudah ku katakan aku sedang tidak berminat untuk bergosip” ulang Jeongin lagi mencoba untuk mengusir Yuna yang saat ini sudah duduk disampingnya. Lengkap dengan aura bergosipnya yang membara.

“Tidak bisakah kau lihat kantung mata dan tumpukan berkas yang ada di hadapanku ini? Dibanding membuang waktumu dengan hal yang tidak berguna seperti itu.."

"Akan lebih baik jika kamu menggunakan tenaga dan waktumu itu untuk membantuku” sambung Jeongin sembari memberikan rekan kerjanya itu setumpuk berkas miliknya.

Aish orang ini. Sangat tidak asik. Pantas saja pekerjaanmu terus menumpuk” Sindir Yuna yang membuat Jeongin segera mengalihkan arah pandangnya menjadi menghadap ke arahnya dan memberikan tatapan tidak terima.

Tapi bukannya merasa takut Yuna justru balik menatap Jeongin. Dengan sebuah tatapan yang seakan-akan mengisyaratkan bahwa apa yang ia katakan adalah murni sebuah kebenaran.

“Melihat dari tingkah lakumu yang seperti ini. Maka sudah pasti kamu belum mendengar beritanya”

Jeongin hanya mendengus ketika Yuna kembali bersuara. Rekan kerjanya itu pasti tidak akan pergi dengan semudah itu.

“Sungguh aku tidak tahu kegunaan dari ponsel canggih dan televisi milikmu di rumah” lanjut Yuna lagi.

Sama sekali tidak terpengaruh dengan Jeongin yang sudah kembali mengacuhkannya. Dengan lebih memilih untuk kembali berkutat dengar layar komputernya.

“Bagaimana bisa seorang petugas kepolisian tidak tahu berita seperti ini”

“Wow sungguh sangat miris” balas Jeongin dengan ekspresi datarnya. “Tapi sayangnya berita tentang apapun itu, sungguh aku tidak tertarik dan tidak peduli”

“Kau yakin?”

“Dua ratus persen yakin”

“Meskipun berita itu menyangkut kasus orang hilang yang kamu tangani?”

Jeongin nampak terdiam setelah mendengar satu kalimat yang baru saja Yuna ucapkan. Membuat ia kembali mengalihkan atensinya menjadi menghadap ke arah sang rekan kerja,

ANOTHER DAY ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang