Dengan perasaan lelah, kesal, dan penuh penyesalan Hyunjin terlihat berjalan terseok-seok. Masih ada sekitar tiga meter lagi sebelum akhirnya ia dapat sampai pada pintu gerbang rumahnya. Jika saja Hyunjin tahu akan semelelahkan ini, maka sebelumnya ia pasti tidak akan berbaik hati memberikan pak supir pribadinya itu pulang lebih dulu.
Dimana perbuatan baiknya itu justru sekarang membuatnya kesulitan. Ia terpaksa naik angkutan umum di tengah malam setelah melewati hari yang begitu melelahkan.
Pagi sampai sore berkutat dengan buku dan tugas sekolah, kemudian dilanjut dengan mengikuti kelas tambahan sampai malam dan di akhiri dengan menghabiskan waktu di perpustakaan kota untuk belajar mandiri.
Hari olimpiade sudah semakin dekat, tidak ada waktu lagi bagi Hyunjin untuk bersantai. Terlebih ia memiliki seorang ayah yang sudah pasti tidak akan membiarkan dirinya lengah sedetikpun. Entah ia harus bersyukur atau justru mengutuk keberuntungannya itu.
Dan untuk saat ini, satu-satunya yang Hyunjin butuhkan adalah merebahkan dirinya di atas kasur empuk miliknya. Sebelum beberapa jam lagi ia sudah harus kembali membuka mata dan kembali berjuang dengan tumpukan soal.
Hyunjin hanya butuh berjalan beberapa langkah lagi dan ia akan tiba di rumah. Jika saja tidak ada serangan secara tiba-tiba yang kembali menariknya ke belakang dan seketika membuyarkan segala imajinasinya tersebut. Bukannya merebahkan diri di atas kasur yang empuk ia justru dipaksa merebahkan diri di atas aspal yang keras.
Bahkan belum sempat Hyunjin memproses apa yang tengah terjadi, orang tersebut sudah lebih dahulu mendaratkan sebuah pukulan di pipi kirinya. Membuat Hyunjin seketika merasakan rasa panas dan nyeri menjalar di sekitar area pipi wajahnya.
“Kau puas sekarang?! Kau puas melihatnya menghilang?! Kau! Bagaimana bisa orang tidak punya hati sepertimu menjadi sahabatnya”
Dan lagi sebuah pukulan Hyunjin dapatkan di bagian yang sama. Membuat ujung bibirnya terluka dan terlihat memar serta mengeluarkan darah. Cukup hanya dengan mendengar suara orang tersebut dan Hyunjin dapat dengan segera mengenal siapa gerangan orang yang telah mengganggunya itu.
Seungmin.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bukannya segera membalas balik pukulan Seungmin tersebut Hyunjin justru tertawa terbahak-bahak setelah mendengar apa yang pemuda itu ucapkan kepadanya. Membuat Seungmin kembali tersulut emosi dan kemudian menarik kerah seragam Hyunjin lebih kuat.
“Ya! Kau sudah gila?!” rutuk Seungmin kesal.
Dan lagi bukannya merespon ucapan Seungmin, Hyunjin justru kembali tertawa. Yang membuat Seungmin semakin bertambah kesal, merasa bahwa pemuda yang tengah ia tindih itu sedang meledeknya.
Dan langsung saja Seungmin hendak kembali melayangkan sebuah pukulan sebelum pukulannya itu ditangkis oleh Hyunjin dan dalam hitungan detik merubah posisi mereka. Menjadi Seungmin di bawah dan Hyunjin yang berada di atas.
“Berhentilah berpura-pura bersih. Berhentilah berpura-pura tidak tahu apapun. Berhentilah menggiring opini publik sehingga mereka berpihak padamu. Berhentilah berpura-pura menjadi sahabat yang baik” ucap Hyunjin sembari menarik kerah kemeja yang digunakan oleh Seungmin, sama seperti yang pemuda itu lakukan sebelumnya.
“Kelakukanmu itu membuatku muak dan sangat menjijikkan” lanjut Hyunjin yang masih berusaha menahan amarahnya. Mencoba menahan diri untuk tidak memukul balik pemuda yang berada di bawahnya itu.
Sedangkan Seungmin sendiri justru terlihat tertawa hambar ketika mendengar penuturan Hyunjin tersebut, “Kenapa? Kau merasa kesal? Ingin balik memukulku? Lakukanlah! Mari kita lihat seberapa kuat pukulan anak seorang Kepala Kepolisian” pancing Seungmin yang sama sekali tidak merasa takut.
“Kenapa? Kau tidak bisa melakukannya?! Tidak bisa memukulku?! Takut akan merusak nama baik ayahmu itu?! Tuan Kepala Kepolisian Yang Terhormat” lanjut Seungmin lagi sama sekali tidak gentar untuk memancing amarah pemuda yang sampai saat ini masih mencengkram dengan kuat kerah kemejanya.
“Tentu saja, tentu saja kau tidak akan bisa melakukannya. Tentu saja kau akan tetap diam, tetap bersikap tidak tahu apapun, untuk melindungi Tuan Kepala Kepolisian Yang Terhormat itu” sambung Seungmin lagi.
“Semua ini salahmu. Dia menghilang karena sikap apatismu itu Hyunjin. Seandainya waktu itu kamu percaya dan datang menemuinya, semuanya pasti akan baik-baik saja. Dia, Jisung tidak akan menghilang”
Getaran ketegangan perselisihan antar dua pemuda sebaya itu semakin terasa setelah Seungmin mengucapkan kalimat terakhirnya, baik Hyunjin maupun Seungmin sama-sama menatap nyalang ke arah satu sama lain. Tidak ada diantara mereka yang mau mengalah.
Andai saja ada Jisung, maka sudah pasti ialah yang akan menengahi perselisihan tersebut. Seperti yang biasa ia lakukan jika mereka bertiga tengah bermain bersama. Hyunjin dan Seungmin memang tidak pernah akur, selalu saja ada pertengkaran yang terjadi, mereka memiliki kepribadian yang sangat berbeda, bagaikan langit dan bumi.
“Bukankah kamu sebaiknya bercermin” ucap Hyunjin akhirnya setelah berulang kali mengatur pernapasannya untuk membuat dirinya menjadi lebih tenang. Terbukti dari dirinya yang mulai melonggarkan cengkraman tangannya pada kerah kemeja sang lawan bicara.
“Jika kamu memang merasa lebih baik dan lebih hebat, lalu kenapa waktu itu kamu tidak segera datang? Kenapa Seungmin yang sangat bijaksana dan tidak kenal takut pada apapun ini, tidak datang menemuinya di saat ia membutuhkan pertolongan” sambung Hyunjin dengan sengaja memberikan beberapa penekanan pada kalimatnya.
“Berhentilah. Berhentilah bersikap seakan-akan aku dan kamu, saling mengenal satu sama lain. Berhentilah bersikap seakan-akan kita berteman. Aku mengenalmu dan menganggap kamu ada, hanya karena sebatas Jisunglah yang membawamu. Tanpanya, kamu hanyalah orang asing” lanjut Hyunjin lagi.
“Jadi berhentilah sok tahu dan sadarilah tempatmu yang seharusnya. Aku dan kamu berada pada level yang berbeda”
Setelah mengucapkan hal tersebut Hyunjin segera melepas cengkraman tangannya pada kerah kemeja Seungmin secara kasar. Lalu ia bergegas bangun dan berjalan pergi, meninggalkan sang lawan bicara begitu saja.
###

KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER DAY ~
Fiksi PenggemarKetika hari esok tak lagi terasa sama. Barulah ia sadar bahwa- "There is always that ONE MISTAKE that changes EVERYTHING" HAN JISUNG x 3RACHA x STRAY KIDS