8

1.4K 262 84
                                    

Waktu telah menunjukkan pukul dua puluh tiga lewat empat puluh lima menit. Yang artinya sudah lebih dari sepuluh menit, Changbin hanya duduk diam di dalam mobilnya.

Atensinya terfokus pada sebuah halte yang terletak tidak terlalu jauh dari perpustakaan kota. Sesuai dengan informasi yang Changbin dapatkan dari Jeongin sebelumnya.

Kami telah memeriksa CCTV* pada beberapa tempat yang selalu dikunjungi oleh Jisung.

Dan sejauh ini, halte yang berada di dekat perpustakaan kota adalah jejak terakhir Jisung sebelum akhirnya ia menghilang tanpa jejak.

Jika mempertimbangkan penjelasan Jeongin sebelumnya. Mungkin, Jisung yang kabur terdengar jauh lebih baik dibanding menghilang tanpa jejak.

Setidaknya, ada sedikit harapan bahwa belakangan ini Jisung menginap di rumah teman-temannya. Sehingga Changbin dapat merasa sedikit lebih tenang.

Meskipun berulang kali ia berusaha untuk tetap berpikir positif. Tapi tetap saja, sebagai seorang detektif yang tahu betul tentang masalah yang tengah kotanya hadapi.

Hal itu tidaklah mudah.

Fakta bahwa kasus pembunuhan berantai yang sampai saat ini, ia dan timnya belum dapat selesaikan. Jelas membuat Changbin khawatir. Terlebih karena kedelapan korban yang ditemukan semuanya adalah remaja laki-laki.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Ah,, Seharusnya malam itu aku datang menjemputnya. Ahh,, Seharunya aku mengabaikan ucapannya"

"Bagaimana bisa aku segera percaya bahwa ia baik-baik saja.Bagaimana bisa aku membiarkan dia pulang seorang diri, pada waktu tengah malam dan ditengah hujat lebat seperti itu"

"Bodoh"

Rutuk Changbin kepada dirinya sendiri. Sembari berulang kali membenturkan kepalanya pada setir kemudi mobil. Sama sekali tidak peduli jika tindakannya tersebut akan menyakiti kepalanya.

"Bodoh. Benar-benar bodoh" Rutuk Changbin lagi.

Setelahnya, Changbin terlihat menyembunyikan wajahnya pada lipatan tangannya yang ia silangkan di atas setir kemudi mobil.

Meskipun Changbin sadar bahwa penyesalan dan air mata tidak akan mengubah apapun. Tapi tetap saja, ia tidak bisa berhenti untuk tidak menyesal dan akhirnya membiarkan bulir-bulir air mata itu mengalir keluar.

Yang secara otomatis membuat Changbin merasa waktunya bersama sang keponakan kembali diputar ulang. Potongan-potongan kenangan yang seharusnya terasa membahagiakan untuk diingat kembali. Kenapa malah terasa menyakitkan.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Tidak perlu datang menjemputku"

"Aku bukan anak bayi yang perlu paman khawatirkan"

"Aku baik-baik saja. Benar-benar baik-baik saja"

"Lagipula ini juga bukan kali pertama aku pulang sendiri"

"Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja"

###

Keterangan:
*CCTV (Closed Circuit Television) adalah sistem pengawasan berbasis video (Video Surveilance) dengan menggunakan kamera.

ANOTHER DAY ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang