35

879 82 34
                                    

Untuk mencegah munculnya praduga tidak berdasar terhadap korban maupun pelaku, pihak Divisi Urusan Pidana pun memutuskan untuk menyembunyikan bukti terbaru yang mereka dari media. Terlebih mereka juga belum memiliki informasi pasti tentang kenapa dan bagaimananya.

Bagaimana hubungan antara Woojin dan Jisung, kenapa terdapat sidik jari mereka pada pisau lipat tersebut, dan apa yang sebenarnya telah terjadi sebelum Woojin kehilangan nyawanya. Meskipun tentu saja, cepat atau lambat media pasti akan segera mengetahuinya karena selalu ada oknum yang tidak bisa diajak bekerja sama.

Ditemukannya bukti baru membuat Changbin dan Tim kembali berpikir dari awal. Kembali dari korban pertama. Kembali mencoba mencari hubungan kesamaan di antara para korban. Entah latar belakang keluarga, pendidikan, kebiasaan, atau apapun itu. Akan sangat memakan banyak waktu tapi mustahil menyelidiki tanpa membuang waktu.

Anggota tim terbagi menjadi dua, Dowon dan Sungjin akan menyelediki kembali segala hal yang berkaitan dengan para korban, dari korban pertama sampai korban terakhir. Sedangkan Changbin dan Wonpil akan mencari tahu hubungan antara Woojin dan Jisung.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Orang pertama yang akan Changbin dan Wonpil temui adalah Seungmin. Mungkin saja anak itu mengenal Woojin atau secara kebetulan tahu hubungan antara Woojin dan Jisung. Setelah mendapatkan izin dari pihak lembaga bimbingan belajar dan persetujuan Seungmin untuk meluangkan waktunya, mereka bertiga pun dipersilahkan untuk mengobrol di ruang administrasi.

“Woojin?” ujar Seungmin kembali menyebutkan nama yang baru saja Detektif Changbin sebutkan. Awalnya Seungmin pikir kedatangan dua detektif tersebut adalah untuk memberinya kabar baik tentang Jisung. Tapi sekarang bukan nama Jisung yang ia dengar justru nama orang lainlah yang ia dapat.

“Iya. Kim Woojin.” ulang Changbin dengan lebih jelas. Menatap penuh harap anak laki-laki yang masih mengenakan seragam sekolahnya itu.

Seungmin tidak langsung memberikan jawaban. Keningnya berkerut tanda bahwa ia tengah berpikir. Mencoba mengingat nama yang baru saja ia dengar. “Woojin?” gumamnya sembari memperhatikan dengan cermat foto anak laki-laki yang katanya bernama Woojin tersebut.

“Entahlah.” jawab Seungmin akhirnya. “Saya gak mengenalnya. Emang dia siapa? Ada kaitannya dengan Jisung?” tanyanya balik.

“Ah itu-“

“Tergantung.” Potong Changbin cepat sebelum rekannya itu menyelesaikan kalimatnya.

Kening Seungmin kembali bertaut bingung, tidak mengerti maksud dari ucapan Changbin tersebut. “Tergantung bagaimana?”

“Iya, tergantung. Kami belum dapat memastikannya seratus persen. Jadi kami butuh informasi lebih banyak mengenai Woojin yang mungkin saja mengenal Jisung?”

Kali ini yang lebih muda terlihat menganggukkan kepalanya, “Ah..”

“Tapi saya benaran gak kenal sama orang ini. Dan seingat saya Jisung juga gak pernah menyebut nama Woojin.”

Baik Changbin maupun Wonpil pun menganggukkan kepala mereka. Cukup kecewa tapi mau bagaimana lagi?

Wonpil menyimpan kembali foto Woojin yang tadi ia perlihatkan kepada Seungmin. Dan Changbin mengucapkan terima kasih atas kesediaan pemuda itu meluangkan waktunya. Kemudian dua detektif itu pun beranjak bangun dari kursi mereka bersiap untuk keluar dari ruangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANOTHER DAY ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang