7

1.5K 264 123
                                    

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Kecewa. Tentu saja Changbin tidak bisa bohong bahwa ia kecewa mendengar ucapan Jeongin tersebut. Bahkan dari ekspresi wajah Changbin pun, sangat jelas memperlihatkan bahwa ia sangat kecewa saat ini.

Sudah lebih dari dua belas jam sejak dilaporkannya Jisung menghilang?

Tapi bagaimana bisa mereka mengatakan belum menemukan petunjuk apapun?

Bagaimana bisa, mereka menyebut diri mereka seorang detektif?

“Keponakanmu itu, maksudnya Jisung” Ucap Jeongin akhirnya memecah keheningan yang sebelumnya tercipta akibat kalimat mengecewakannya.

Sedangkan Changbin, yang mendengar Jeongin menyebut nama sang keponakan, sontak membuatnya kembali memfokuskan atensinya.

“Tidak mengaktifkan *gps pada smartphone miliknya. Sehingga kami kesusahan untuk mengetahui titik posisi terakhirnya sebelum ia benar-benar tidak bisa dihubungi”

Jelas Jeongin yang akhirnya memilih untuk menjelaskan situasi yang ia dan timnya hadapi. Sampai mereka tidak dapat menemukan petunjuk.

Karena sejujurnya, Jeongin juga merasa tidak enak karena harus menyampaikan informasi mengecewakan seperti itu.

“Dan dari data yang didapatkan. Sepertinya ia mulai menonaktifkan *gps sekitar empat bulan yang lalu. Tapi ini belum cukup bagi kami untuk membuat kesimpulan apapun. Jadi, kami benar-benar minta maaf”

Meskipun akhirnya ternyata sama saja, tapi sebagai sesama detektif Changbin dapat mengerti situasi mereka.

“Tidak apa-apa. Aku mengerti”

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Jika saja, Jisung bukanlah keponakan Changbin. Temannya sendiri. Mungkin Jeongin akan lebih santai untuk membahas isi pikirannya.

Karena bagaimanapun juga, ia khawatir ucapannya tersebut akan menyinggung perasaan Changbin. Changbin memang terlihat tegas, berwibawa dan cukup menakutkan dari luar.

Tapi sungguh, sebenarnya Changbin, temannya itu adalah orang yang sangat sensitif dan soft. Bahkan Jeongin benar-benar mengetahui jika Changbin sangat menyayangi dua keponakannya itu. Baik Felix maupun Jisung.

“Tapi...” Ucap Jeongin lagi yang akhirnya memilih untuk mencoba menyuarakan isi pikirannya.

Bukankah sebaiknya ia langsung saja bertanya daripada hanya menduga-duga tanpa jawaban akhir yang jelas?

“Apakah pengacara Chan dan Jisung, maksudnya hubungan ayah dan anak itu baik-baik saja?” Tanya Jeongin yang terlihat jelas bertanya dengan sangat berhati-hati.

“Maksudnya, apakah belakangan ini mereka berselisih? Atau komunikasi mereka tidak begitu baik?” Ulang Jeongin lagi karena masih belum mendapatkan reaksi apapun dari Changbin. Yang hanya menatapnya dengan tatapan tidak mengerti.

“Kenapa? Kenapa tiba-tiba kamu bertanya seperti itu?”

Dibanding menjawab pertanyaan Changbin. Jeongin lebih memilih untuk memberikan temannya itu beberapa lembar kertas. Yang sebelumnya ia ambil dari buku catatan miliknya.

Daftar riwayat panggilan Jisung empat bulan terakhir

“Itu terdaftar berdasarkan urutan siapa yang lebih sering Jisung hubungi empat bulan terakhir ini”

Jelas Jeongin mencoba untuk lebih menjelaskan apa yang tertera pada lembaran kertas yang saat ini ada di tangan Changbin.

“Dan dapat kamu lihat sendiri bahwa pengacara Chan ada di posisi pertama. Jisung selalu menghubungi ayahnya”

“Memang tidak ada yang salah dari seorang anak menghubungi ayahnya sendiri. Suatu hal yang wajar. Tapi yang menjadi masalah adalah Pengacara Chan, alias kontak yang bertuliskan "Ayah" tersebut, tidak pernah menghubungi Jisung lebih dahulu"

"Dan dari data yang kami dapatkan, pengacara Chan lebih sering mengabaikan panggilan Jisung”

Mendengar penjelasan Jeongin tersebut, benar-benar membuat Changbin diam seribu bahasa. Atensinya hanya terfokus pada lembaran kertas yang ada ditangannya.

Bukannya Changbin tidak menyadari apa yang terjadi antara Chan dan Jisung. Terkadang, ia memang merasa bahwa sang kakak tidak bisa membagi waktu serta kasih sayang yang sama rata untuk kedua anaknya.

Tapi entah kenapa, setiap melihat Jisung yang selalu muncul dihadapannya dengan ekspresi ceria, ditambah dengan tingkah jenaka dan usilnya.

Selalu mampu membuat Changbin menepis semua dugaan negatif tersebut. Yang akhirnya, membuat Changbin selalu berpikir bahwa semuanya baik-baik saja.

“Dan dari hasil analisis tersebut. Kami berpikir bahwa kemungkinan Jisung hanya kabur dari rumah"

"Karena menurut pengalaman, lebih banyak kasus anak kabur daripada menghilang. Lagipula untuk anak seusia Jisung, teman lebih penting daripada keluarga”

###

Keterangan :
*Gps (Global Positioning System)  adalah sistem untuk menentukan posisi di permukaan bumi dengan bantuan penyelarasan sinyal satelit.

ANOTHER DAY ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang